Sabtu kemarin, 23 Februari aku pulang ke rumah setelah sekian lama merantau di Yogyakarta untuk menempuh studiku. Kala itu aku pulang bersama salah satu temanku. Kami berdua jarang bisa pulang, tapi kali ini dengan nekad kami putuskan untuk pulang, sedangkan hari minggu harus berangkat lagi.
Saat itu, kami tengah sampai di terminal Secang, Magelang. Hujan turun kala itu, beruntung sekali kami sudah ada di dalam bus.
Seperti biasa, pemandangan sekitar selalu membuatku tertarik. Pemandangan yang biasa tapi sebenarnya itu sangat indah menurutku. Ketika bus berhenti cukup lama -berharap akan bertambah banyak penumpang yang akan datang-, ku lempar pandangan keluar jendela. Kendaraan berlalu lalang, pedagang kaki lima bersemangat menjajakan dagangannya, orang-orang sibuk dengan kepentingannya disana. Lalu mataku tertarik dengan pemandangan yang membuatku tersenyum saat itu.
Temanku bertanya padaku bertanya padaku ketika melihatku tersenyum.
“Kenapa?”.
“Lihat ibu yang bersama anaknya dan membawa payung itu”, ku tunjukkan dengan jariku.
“Ya, lalu kenapa?”. Agaknya temanku tidak tahu apa yang ada dalam pikiranku. Lalu aku tertawa pelan.
“Bukan apa-apa. Kupikir itu bisa menjadi sebuah cerita”, jawabku. Sejak itu dia tidak bertanya lagi. Sepertinya dia tahu bahwa aku tidak mungkin menceritakannya.
Memang aku tidak tertarik untuk bercerita lebih lanjut, karena kupikir itu tergantung seperti apa dia melihat kejian itu. Dimana seorang ibu berusaha melindungi putranya yang kurang lebih berusia 10an tahun dengan payung dari hujan yang sebenarnya tidak terlalu deras. Dia condongkang payung itu untuk anaknya, melindungi seluruh bagian tubuh anaknya sementara sebagian tubuhnya basah meskipun tidak terlalu basah.
Benar-benar membuatku semakin rindu pada ibuku. Betapa pengorbanan ibu memang tak pernah kita sadari. Hal kecil yang aku lihat itu benar-benar membuatku makin jatuh sayang pada ibuku. Aku tak tahu bagaimana lagi menggambarkan betapa besar kasih seorang ibu. Berusaha melakukan hal yang terbaik demi anaknya.
Yang membuatku menyesal kala itu, kenapa aku tidak mendokumentasikan foto itu agar aku bisa share apa yang aku lihat kala itu. Tapi mungkin hanya dengan kata-kata ini, dapat menggambarkan apa yang aku lihat dan aku rasakan saat itu. Dan kuharap temanku juga membacanya.
Sekaligus aku meminta maaf karena aku tak bernafsu untuk bercerita saat itu. Semoga artikel ini menebusnya. :D
Sekian..
_K.A_
0 komentar:
Posting Komentar