Percaya
diri memang sebuah modal utama agar kehidupan dapat berjalan dengan baik.
Seseorang dapat berhasil maupun gagal dalam melakukan suatu hal hanya dengan
kepercayaan dirinya. Seseorang dengan kepercayaan diri yang tinggi
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan begitu juga sebaliknya. Akan
tetapi, kepercayaan diri tidak boleh berlebihan karena dapat mengacaukan bahkan
menghancurkan suatu hal yang kita kerjakan. Dalam agama pun telah disebutkan
bahwa sesuatu yang kurang dan berlebihan merupakan perbuatan yang tidak
diperbolehkan. Dengan kepercayaan diri yang kurang akan membuat kita merasa
minder sedangkan dengan kepercayaan diri yang berlebihan akan menjerumuskan
kita dalam kesombongan.
Kepercayaan
diri sangat dibutuhkan untuk melakukan semua kegiatan misalnya dalam dunia
pendidikan. Seorang murid atau mahasiswa harus percaya diri saat tampil ke
depan kelas, guru atau dosen harus percaya diri saat mengajar di kelas. Dalam
menerangkan suatu materi pembelajaran, seorang guru haruslah dapat menguasai
materi tersebut. Dengan kepercayaan diri menguasai materi inilah, dapat
mempermudah siswa dalam menangkap materi yang diajarkan. Dengan kata lain,
diperlukan rasa percaya dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bahkan dalam hal
berpakaian pun memerlukan rasa percaya diri. Misalnya, jika kita tidak merasa
percaya diri memakai pakaian yang kita kenakan, kita merasa gelisah seolah-olah
orang-orang di sekeliling kita memperhatikan apa yang kita kenakan dan apakah
ada sesuatu yang salah dengan yang kita kenakan. Dalam dunia pekerjaanpun
sangat diperlukan rasa percaya diri tersebut. Misalnya kita harus dapat
meyakinkan pimpinan kita bahwa kita dapat bekerja tepat waktu dalam artian
disiplin. Dengan rasa percaya diri ini kita harus dapat membuktikan apa yang
kita janjikan sesuai dengan kemampuan kita.
Rasa
ketidak percayaan terhadap diri kita erat dengan rasa takut yang kita rasakan.
Contohnya, takut atau merasa was-was terhadap apa yang sedang kita kerjakan
mengalami kegagalan atau kesalahan. Rasa takut yang berlebihan akan membuat
kita semakin tidak percaya diri dan sebaliknya, semakin hilang rasa takut maka
kepercayaan diri kita akan semakin meningkat. Setiap orang memiliki tingkat
rasa percaya diri yang berbeda-beda. Banyak orang dengan tingkat kepercayaan
diri yang tinggi, sedang maupun rendah. Orang dengan tingkat kepercayaan diri
tinggi, dapat menyelesaikan suatu pekerjaan dengan mantap tanpa ada rasa
was-was menyertainya. Seseorang dengan tingkat kepercayaan diri sedang,
terkadang merasa was-was dan tidak. Orang yang memiliki rasa percaya diri yang
rendah akan sering merasa minder dan tidak yakin dengan apa yang dia lakukan.
Saya
memiliki masalah tentang rasa percaya diri. Saya kurang percaya diri dalam
beberapa hal misalnya dalam presentasi di depan kelas, bermain peran, membaca
puisi, menyanyi dan beberapa hal yang berhubungan dengan komunikasi di depan
umum. Saya memiliki beberapa pengalaman tentang kesulitan berkomunikasi di
depan umum. Masalah tersebut biasa disebut demam panggung. Setiap kali saya
akan berbicara di depan, saya merancang kata-kata apa saja yang akan saya
ucapkan. Biasanya saya menuliskannya di kertas atau buku karena saya merasa
takut apa yang akan saya katakan menjadi lupa. Tak jarang saat mengatakannya di
depan kelas Alhamdulillah bisa lancar dan beberapa kali tergagap.
Terkadang
saya merasa iri pada teman yang sangat mudah untuk berbicara di depan ataupun
pentas di depan. Mereka dengan mudah
berbicara tanpa perasaan grogi. Saya sudah bertanya pada teman yang
berpengalaman berbicara di depan umum dengan mudahnya, bagaimana menghilangkan
rasa grogi. Banyak teman yang menjawab jika kita sedang maju ke depan (untuk
mengurangi rasa grogi) pegang sesuatu misalnya kertas, bolpoint atau pensil
agar tangan kita tidak terlihat gemeteran. Ada juga yang bilang kalau melihat
audiens jangan melihat matanya tetapi, lihatlah jidatnya. Hal tersebut pernah
saya coba tetapi, masih belum bisa untuk mengendalikan perasaan itu. Saya masih
dibayang-bayangi rasa takut atau cemas
melakukan kesalahan yang tidak saya sadari.
Sebagai
contohnya, ketika tampil juga sering di semangati teman-teman yang mengetahui
kelemahan saya, “ayo kamu pasti bisa. PD aja”, kata salah satu teman. Akan
tetapi, masih belum bisa menambah rasa percaya diri saya. Saya juga diajari
kalau mau maju berdo’a terlebih dahulu dengan membaca “ rabbissohri sodri wa yasirli amri wahlul uqdatammilisani yafqohu qouli”,
saya merasa setelah membaca do’a tersebut merasa lebih tenang sebelum maju.
Masalahnya saya sering lupa untuk membaca do’a tersebut. Kebiasaan saat maju ke
depan badan saya terasa panas dan muka saya berubah menjadi merah. Teman-teman
SD dan SMP biasa menyebutnya mimikri. Diibaratkan seperti bunglon yang merubah
warna badanya setiap berada di tempat yang baru dan perubahan warna badanya
sesuai dengan warna tempat yang ia hinggapi. Sebenarnya masalah yang sangat
utama adalah perasaan saya takut salah bicara. Perasaan ini yang sangat sulit
saya hilangkan.
Pengalaman
saat kelas 3 SMP, waktu ujian praktek seni dan budaya setiap kelas diwajibkan
mementaskan pagelaran berbagai seni seperti menyanyi, menari, membaca puisi,
memainkan peran atau drama , dan presenter di gabung dalam suatu acara yang
berantai. Kebetulan saya mendapat jatah bermain peran sebagai kakak Cinderella.
Saya merasa kesulitan untuk menghafal dialognya dan memang saya sedikit
lemah dalam hal hafalan. Dalam pelajaran
yang banyak hafalannya pun saya juga merasa kesulitan seperti pelajaran IPS.
Pada saat pementasan, saya lupa dialog yang harus saya ucapkan. Waktu itu saya
merasa sangat malu karena dilihat oleh penghuni satu sekolah seperti adik
kelas, teman seangkatan dan para guru. Saya langsung melanjutkan dialog yang
lain untuk menutupi kesalahan itu. Setelah tampil saya gemeteran cukup lama
walaupun pementasan tersebut telah selesai dan kata teman juga sudah tidak
apa-apa akan tetapi, saya masih merasa tidak enak dengan teman yang lain telah
mengacaukan pementasan dengan ketidakpercayaan diri saya.
Biasanya
sebelum maju ke depan apa yang akan saya bicarakan sudah terancang di dalam
otak akan tetapi, saat maju ke depan saya merasa apa yang telah saya pelajari
hilang begitu saja atau dalam percakapan sehari-hari biasa disebut bleng. Semua
yang telah terancang di dalam pikiran lupa dan biasanya saya hanya diam
terlebih dahulu sehingga ada waktu yang kosong. Kelemahan saya yang lain yaitu
belum bisa mengendalikan suasana misalnya, ketika lupa apa yang akan saya
katakan, saya sudah mencoba untuk menghilangkan perasaan was-was akan gagal
tetapi, sampai saat ini belum bisa menghindari perasaan tersebut. Terkadang
jika sudah terdesak atau kepepet bisa tetapi tidak bisa sempurna. Mungkin
kekurangan saya tersebut salah satunya yaitu persiapan yang kurang matang.
Sebelum tampil kedepan, saya merasa deg-degan dan tegang. Rasa percaya diri
saya sering timbul dan hilang. Kadang saya merasa percaya diri dengan apa yang
saya kerjakan dan kadang saya merasa kurang percaya dengan diri saya sendiri.
Ada
pengalaman juga saat presentasi praktikum biologi yang sebenarnya jatah teman
saya yang menjelaskan mendadak dia grogi berat dan tidak bisa menjelaskan
apa-apa, terpaksa saya menggantikan dia untuk menjelaskan materi. Walau dengan
terbata-bata saya dapat melakukannya meskipun setelah itu keringat dingin saya
muncul banyak sekali. Memang jika kita kepepet kita bisa melakukan sesuatu yang
tidak kita duga. Hal itu dapat terjadi sekali saja dan jika kita disuruh
mengulanginya lagi kita tidak bisa. Kadang-kadang dengan keadaan yang terdesak
( dikejar deadline) kita dapat
menyelesaikan suatu hal tepat waktu meskipun hasilnya tidak akan lebih baik
jika dipersiapkan dengan matang. Saya dan teman-teman sering menyebutnya the miracle of kepepet.
Ada
juga pengalaman yang menurut saya unik. Saat itu saya duduk di bangku kelas 3
SMA. Masa-masa kelas 3 menurut saya masa yang paling menyenangkan, masa
tersebut masa dimana kami dalam satu kelas semakin akrab karena selama dua
tahun bersama baru merasa semakin dekat tetapi akan berpisah. Waktu itu,
pelajaran fisika yang dimana saat mulai pelajaran ada semacam yel-yel
penyemangat yang dibuat oleh guru kami yang berbunyi:
Pemandu:
physic yel-yel!!! Peserta: berdiri
tegap (bangun dari tempat duduk)
Pemandu:
Physic!!! Peserta: Yes
Pemandu:
Physic!!!! Peserta: Oke
Pemandu:
Physic!!!! Peserta: Enjoy
Pemandu:
Physic!!!! Peserta:
Happy-happy
Seruan Physic di ucapkan pemimpin yel-yel dan
jawabannya di jawab teman-teman sekelas. Setiap seruan dijawab dengan teriakan
dan gerakan badan. Seruan pertama mengepalkan dan memajukan tangan kanan
kedepan, seruan kedua mengepalkan dan memajukan tangan kiri, seruan ketiga
menggoyangkan tubuh membentuk huruf S. Seruan keempat menggerakkan tangan kanan
kekanan untuk kata happy yang pertama dan menggerakkan tangan kiri kekiri untuk
kata happy kedua. Hari itu saya dikerjai teman-teman untuk memimpin yel-yel tersebut.
Dengan sorakan teman-teman sekelas saya maju ke depan untuk memimpin. Saya
tidak tahu wajah saya seperti apa, yang saya rasakan hanyalah badan saya terasa
panas semua. Yang paling terasa panas ada di wajah saya. Sepertinya wajah saya
sangat memerah. Saya memberikan komando hanya dengan mengucapkan kata physic.
Ketika akan mengucapkan kata physic saya merasa tidak percaya diri dan hanya
diam dan gemetar. Saat saya mengucapkan kata tersebut, suara yang keluar
terdengar gemetar sehingga teman sekelas tertawa. Apalagi, ada teman yang tidak
serius sehingga disuruh mengulangi oleh guru kami. Saya harus mengulanginya
berkali-kali, padahal saya sangat ingin cepat menyelesaikan tugas tersebut.
Setelah selesai saya merasa sangat lega, tetapi badan saya masih gemeteran.
Pernah
juga pada matapelajaran yang sama pada hari yang berbeda, saya dikerjai lagi
oleh teman-teman. Ketika guru kami menanyakan siapa yang mempunyai suara yang
paling lantang dan merdu, beberapa teman akrab saya menyerukan nama saya.
Mereka berteriak Rosda…… Rosda……. dan dengan spontan teman-teman lain ikut
meneriaki saya. Saat itu saya memukul-mukuli teman saya sambil memarahinya
kenapa menyebut nama saya. Waktu itu saya menolaknya dengan mengatakan bukan
saya, dan menyebut nama salah satu teman saya yang pandai menyanyi dan
mempunyai suara yang bagus bernama Zia. Guru kami tidak menggubris pembelaan
yang saya lakukan karena teman sekelas masih meneriaki nama saya. Akhirnya saya
tetap disuruh untuk membaca soal fisika dengan puitis seperti membaca puisi.
Saya merasa jengkel dengan teman-teman, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa
karena saya telah ditunjuk dan harus melaksanakannya. Saya bingung harus
membacanya seperti apa karena saya tidak bisa membaca puisi dengan baik dan
saya juga bukan orang yang puitis. Dengan perasaan jengkel, grogi, malu, dan
gugup yang campur aduk saya mulai membacanya sebisa saya. Ketika itu
teman-teman saya diam semua dan hanya suara saya yang terdengar dan hal itu
membuat saya semakin grogi. Seperti biasanya, setelah selesai saya masih merasa
lega walaupun masih gemeteran dan panas. Padahal, nek wis yo wis. Saya merasa
takut untuk memulai sesuatu. Apabila telah dijalani ya sudah.
Saya
heran juga ketika tidak disuruh maju ke depan, saya bisa berbicara atau
bercerita dengan lancar bersamateman-teman. Dalam hafalan pun saya heran, jika
menghafal suatu dialog atau untuk presentasi saya merasa sangat kesulitan. Akan
tetapi, jika untuk mengulangi cerita film saya bisa dengan lancar menceritakan
kronologi cerita dan terkadang dialog yang diucapkan para tokoh filmnya masih
saya ingat dengan jelas.
Nah,
berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap percaya diri
merupakan sikap yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Namun,
adakalanya sikap percaya diri harus ditempatkan dalam keadaan maupun tempat
yang sesuai. Tidak boleh berlebihan maupun kekurangan, karena sesuatu yang
berlebihan maupun kekurangan itu akan menimbulkasn dampak yang tidak baik dalam
segala hal. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa suatu keberhasilan dapat tercapai
jika kita percaya akan kemampuan yang dimiliki pada diri masing-masing.
BY: ROSDA
0 komentar:
Posting Komentar