Aku

        Yeah, aku takkan pernah melupakan kejadian itu. Kejadian dimana semua perasaan campur aduk. Suka, duka, kecewa, tawa, hmmm, waaa... gak tau lagi perasaan apa saja yang aku rasakan waktu itu. Yang jelas, aku sadar akan sesuatu yang sangat penting. Hal itu selalu aku ingat, aku pegang mulai dari kemarin, sekarang, besok, bahkan sampai aku menutup mata.
Sekarang aku sudah menjadi seorang mahasiswi. “Mahasiswa”, hmm,  kata yang asing bagiku waktu pertama kali menginjakkan kaki di universitas ini. Aku nervous, saat para senior mengucapkan bahwa kita sudah mahasiswa.  Khususnya aku. Begitu berat beban yang kurasakan sekarang.
Sebelum menjadi mahasiswa, aku hanyalah seorang siswa sebuah sekolah menengah atas, di sebelah selatan sendiri kota Jogja. Kuakui sekolahku memang punya nama. Banyak prestasi yang diraih. Tapi, sungguh aku tak pernah menyumbangkan satupun piala untuk SMAku. Hehe
Seperti sebuah film yang bertitle “Catatan Akhir Sekolah”, aku punya banyak catatan yang ingin aku dokumentasikan. Tapi, gimana mau mendokumentasikannya, camcoder aja gak punya. Bagiku gak perlu sebuah camcoder untuk mendokumentasikan semua catatan itu, cukup sang hati yang singgah ditubuhku ini yang mendokumentasikannya. Ada satu cerita yang selalu aku ingat. Tertawa, sedih, menangis, bisa langsung aku rasakan ketika ingat kejadian itu.

Hari itu, hari setelah sahabat-sahabatku bermalam di gubuk orangtuaku, ada kejadian yang membuatku kaget. Hari itu memang pelajaran kosong, so, aku sama teman-teman yang lain beristirahat di aula bawah, yang saat itu memang kosong. Ngobrol, ngegosip, ngemil, itulah program kerja saat pelajaran kosong. I like it.... Sohib-sohibku yang kebetulan tadi malem nginep juga ikut nimbrung di aula bawah. Mereka bernostalgia saat mereka bermalam digubuk orangtuaku.
Tapi ada sahabatku juga yang ikut nimbrung, tapi dia tidak ikut saat malam itu. Dan dia tahu....  Kaget, ekspresi yang pertama kali aku tangkep, kalau kita habis belajar bareng sampai nginep tanpa ngajak dia apalagi tanpa ngasih tahu. Dan yang bikin aku kaget, di tengah percakapan itu sahabatku bilang bahwa aku yang salah, kenapa aku gak ngajak dia. Bibirnya, aku lihat bibirnya gemetaran saat mengatakan hal itu. Aku mulai takut, dan sadar bahwa sahabatku ini marah. Khususnya marah sama aku. Seharusnya aku  mengajaknya, karena aku teman sekelas bahkan sebangku. Tetapi benar-benar bukan maksudku tidak mengajak dia. Semua ini bukan sebuah rencana. Belajar bareng bahkan sampai ngineppun tidak direncanakan. Awalnya, mereka emang mau pulang, karena keasyikan belajar ditambah ngegosip jadinya ya kemaleman. Tabu kan, kalau cewek pulang malem-malem. Jadi, mereka memutuskan dan sepakat untuk nginep di rumahku semalam saja (emangnya mau berapa malam?). Alasan sebenarnya sih mereka takut pulang malem. 
Kurasakan hening saat dikelas, bahkan tak sedikitpun kata yang keluar dari mulutnya maupun dari mulutku. Dia masih marah, itu yang aku rasakan. Saat itu aku gak tahu lagi harus ngapain.  Aku merasa tak ada kesalahan yang kuperbuat. Itu semua bukan rencana. Jadi, belum ada kata maaf yang keluar dari mulutku. Bahkan dia sampai menulis status di fbnya tentang sahabat lebih tepatnya dia menulis “sahabat??”, dia juga nulis note di fbnya tentang friendship. Aku tahu semua itu dari temanku yang kebetulan saja lagi nyolong-nyolong waktu buat online fb ditengah pelajaran. Tak kuduga masalah ini menjadi serius.
Setelah menyelesaikan bisnis dibelakang (toilet maksudnya), akupun masuk kelas. Dan saat itu sudah saatnya pulang sekolah. Aku berniat mengambil tas, dan langsung pulang. Tetapi aku bertemu sahabat sebangkuku jalan keluar kelas bareng sama pacarnya. Tanpa pamitan saat berpapasan, dan dia langsung nylonong keluar kelas. Tapi, saat berpapasan tadi, aku sempat melihat matanya sembap. “Apa dia abis nangis???” pertanyaan itu selalu menghantuiku.
Pernyataan yang menghantui aku tadi, sekarang sudah terjawab setelah temanku ngasih tahu bahwa memang benar teman sebangkuku tadi abis nangis. Saat itu aku benar-benar merasakan hal yang gag beres sama sohib sebangkuku. Spontan, aku langsung lari ke bangkuku, duduk, dan menangis. Kututupi mukaku dengan kedua telapak tangan, dan aku baru sadar kalau waktu itu aku masih menggigit choky-choky, makanan yang baru aku beli dari kantin. Teman-temanku yang lain, yang semalam nginep di rumahku, langsung pada datang ke kelas, dan langsung sadar kalau aku lagi nangis. Beribu pertanyaan langsung ditujukan kepadaku, “Kenapa kamu nangis?”, “Kenapa kamu nangis?”, dan selalu “ Kenapa kamu nangis?”. Aku sudah gak punya energi lagi buat menjawab beribu pertanyaan yang ditujukan kepadaku, walaupun inti pertanyaannya cuma satu. Untunglah temanku yang satu kelas denganku, sadar dengan masalah yang ada, dan dia menceritakan kapada teman-temanku yang lain. Waktu itu aku memang gak tahu lagi, hal yang bisa aku lakukan hanyalah menangis. Rasanya sedih banget ketika sahabat 333kita, marah dengan kita sendiri. 
Apakah aku harus minta maaf? Yeah, aku harus minta maaf. Walaupun saat itu aku merasa gag ada yang salah denganku, tapi apa salahnya kan minta maaf duluan? Dan akhirnya aku memutuskan untuk minta maaf sama sahabat sebangkuku. Dengan dibantu sahabat-sahabatku yang memang peduli sama masalah yang sedang kualami bersama sahabat sebangkuku, jadilah sebuah scene drama pencarian sahabat sebangkuku. Kayak reality show “termehek-mehek”. Semua area sekolah ditelusuri, semua kelas diteliti, kantin, sampai kamar mandipun tak lupa diperiksa. Siapa tahu sahabat sebangkuku yang memang belum pulang ada disalah satu tempat itu. Dengan perjuangan yang begitu keras dari sahabat-sahabatku, akhirnya aku bisa bertemu dengan sahabat sebangkuku yang ternyata ada di ruang sebelah tempat kita semua berkumpul tadi. Ternyata ruangan itu lupa diperiksa sebelumnya. Aku pun minta maaf dan akhirnya kita berpelukan dan berjanji untuk melupakan hal yang telah terjadi sebelumnya. Senengnya bisa berbaikan dengan sahabat sebangkuku.
Dari kejadian ini aku mendapat banyak pelajaran. Salah satunya adalah menghargai orang lain, pelajaran inilah yang bisa aku serap dari kejadian itu. Menghargai orang lain merupakan nilai yang akan selalu aku tanamkan di pikiranku, hatiku, dan tubuhku. Seperti yang kita tahu, karakter setiap manusia pasti berbeda-beda. Kalau kita tidak menghargai hal tersebut, tak ada satupun kedamaian tercipta. Memang, tidak semua orang bisa dan mau mengerti maksud kita, tapi dengan kita bisa mengerti dan mau mengerti maksud orang lain, akan menjadi hal terindah yang pernah kita lakukan.  “Jadilah orang yang bermanfaat untuk orang lain”, bukankah kalimat ini bisa menjadi inspirasi untuk kita?
Aku menyadari bahwa menghargai orang lain itu sangat penting saat aku mulai melangkahkan kaki di universitas. Universitas merupakan wadah dimana semua orang dari sabang sampai merauke ada didalamnya. Yang mana perbedaan bahasa daerah dan budaya begitu terasa. 


BY: AMR

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Blog Ini

Blog sederhana yang berisi kisah yang semoga bisa menginspirasi dan memberi manfaat bagi kita semua. Sebagian besar cerita yang telah saya posting merupakan kisah nyata yang sebenarnya juga telah di buat buku.

Bagi para pengunjung, jangan lupa untuk memberi komentar maupun tanggapan dari kisah yang ada di blog ini. Oh ya, pengunjung juga dapat mengirimkan cerita melalui email saya yang dapat diakses di tombol "Kirim Ceritamu di Sini", agar beban maupun kegalauan bisa berkurang. hehe

Terimakasih