It’s All About Me…

       Tak pernah terpikirkan olehku untuk menjadi seorang guru, sama sekali tidak. Sebenarnya, aku ingin sekali menjadi seorang ahli planologi. Dan ternyata keinginanku tersebut dikabulkan. Aku diterima di jurusan Teknik Tata Kota Universitas Diponegoro setelah mengikuti tes ujian masuk UNDIP. Namun, orang tua dan guru-guruku tidak suka jika aku mengambil jurusan tersebut karena menurut mereka peluang kerja wanita di bidang teknik sangat minim. Awalnya aku tidak mempedulikan mereka. Tekadku untuk menjadi seorang ahli planologi sudah bulat. Impianku sudah di depan mata. Aku berpikir bahwa aku bisa membuktikan kepada mereka walaupun aku seorang wanita, aku akan tetap bisa menggapai impianku untuk menjadi seorang ahli planologi.
Sebenarnya, orang tuaku sangat demokratis, mereka tidak pernah memaksakanku untuk menjadi apa yang mereka inginkan. Namun aku melihat orang tuaku, begitu menginginkanku menjadi seorang guru. Aku sadar, aku belum bisa menjadi anak yang berbakti bagi mereka, aku belum bisa membahagiakan mereka, padahal mereka adalah segalanya bagiku. Akhirnya dengan berat hati aku melepaskan impianku dan mencoba mewujudkan keinginan orang tuaku. Aku mengikuti Seleksi Mandiri di UNY dan aku di terima di jurusan Pendidikan Kimia Internasional. Orang tuaku sangat senang waktu itu, dan aku hanya bisa mengubur impianku dalam-dalam untuk menjadi seorang ahli planologi. Ya, aku memang seorang pengecut yang tidak berani memperjuangkan cita-cita yang sudah ada di depan mataku.

 Aku melewati hari-hari kuliahku di UNY dengan setengah hati. Aku di sini bukan karena keinginanku, hanya demi orang tuaku, pikirku waktu itu. Ada suatu saat dimana aku benar-benar merasa jenuh dan muak menjalani semua ini. Aku mencoba bercerita kepada seorang teman dekatku dan dia berkata, “Bukankah kamu pernah melewati suatu yang berat dan kamu selalu mendapat sesuatu yang lebih baik pada akhirnya? Kamu berada disini sekarang karena Tuhanmu telah merencanakan sesuatu yang sangat indah untukmu kemudian. Kamu tahu apa yang kamu inginkan, tapi Tuhan memberi apa yang kamu butuhkan. Mulai sekarang coba niatkan apa yang kamu lakukan untuk Tuhanmu, bukan untuk orang lain termasuk orang tuamu. Ketika kamu merasa jenuh atau bosan, ingatlah ada sesuatu yang telah direncanakan oleh Tuhan untukmu, sehingga Dia menjadikanmu berada di tempat ini sekarang.” Kata-kata itu seakan menikamku. Sejak saat itu aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan meniatkan segala yang aku lakukan untuk Allah. And it’s like a magic. Segalanya terasa lebih ringan dan aku mulai menikmati masa-masa kuliahku di UNY.
Menjadi seorang guru, yang awalnya aku anggap sebagai suatu pekerjaaan yang mudah, ternyata sangat susah. Seorang guru bukan hanya bertugas untuk menyampaikan materi yang ia miliki, tetapi lebih dari itu, seorang guru mempunyai tanggung jawab moral yang sangat besar untuk mendidik generasi penerus bangsa. Seorang ahli tata kota, hanya mampu mengubah wajah suatu kota. Namun, seorang guru yang baik, mampu mengubah pikiran dunia. And it’s unbelievable, I will be a teacher. Bagiku menjadi seorang guru adalah suatu pekerjaan yang unik. Aku membayangkan aku akan bekerja di sebuah industri yang menghasilkan produk berupa manusia dengan berbagai macam profesi. I think it will be very interesting. J
Suatu hari aku menonton Sendratari Ramayana di Candi Prambanan. Aku sangat terkesan dengan pertunjukan tersebut. Ternyata, Indonesia memiliki seni tradisional yang sangat indah dan mampu menarik puluhan pasang mata wisatawan mancanegara untuk menyaksikannya. Ironisnya, hanya sedikit generasi bangsa yang mau melestarikannya. Sebagian besar generasi muda saat ini telah terbawa arus modernisasi dan mulai melupakan seni tradisional mereka, termasuk aku. Sebenarnya, aku merasa sangat malu mengakuinya. Tiba-tiba muncul keinginan yang sangat kuat dalam diriku untuk bisa menjadi salah seorang pengrawit di pagelaran tersebut. Aku mendengar bahwa UKM Kamasetra UNY selalu ambil bagian dalam pagelaran tersebut. Tanpa pikir panjang, aku langsung mendaftar menjadi anggotanya. Bagi orang yang buta seni sepertiku, belajar gamelan merupakan sesuatu yang sangat susah. Perjalanan menuju Sendratari Ramayana terasa sangat jauh bagiku. Teman-temanku di Kamasetra rata-rata adalah lulusan SMKi dan sangat berbeda denganku yang baru saja ‘mengenal’ gamelan. Awalnya aku sempat merasa minder, tetapi mereka selalu memotivasiku untuk tidak pernah berhenti mencoba. Sekarang hidupku terasa sangat indah, aku bertemu sesuatu yang baru ‘bernama’ gamelan. Dan suatu hari aku pasti bisa menjadi salah satu pengrawit di sendratari Ramayana. Amien…
Dan mengenai keinginanku untuk menjadi seorang ahli planologi, aku tak lagi merasa kecewa. Saudaraku -seorang mahasiswa jurusan Teknik Planologi UNDIP- dengan senang hati meminjamkan buku-bukunya dan mau menerangkan sedikit kepadaku mengenai ilmu planologi. Ya, walaupun aku tidak akan menjadi seorang ahli planologi, paling tidak aku tahu sedikit mengenai ilmu yang ingin kudalami itu.
Mungkin inilah sesuatu yang telah direncanakan oleh Allah untukku. Sesuatu yang sangat indah, yang bahkan tidak pernah kubayangkan. Aku adalah seorang calon guru kimia yang inspiratif, seorang calon pengrawit Sendratari Ramayana, seseorang yang akan mampu membanggakan orang tuanya, dan seseorang yang akan mampu membawa senyum untuk orang-orang disekelilingnya. Amien…
Aku tidak akan pernah melepas mimpiku untuk kedua kalinya.


By : MWA

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Blog Ini

Blog sederhana yang berisi kisah yang semoga bisa menginspirasi dan memberi manfaat bagi kita semua. Sebagian besar cerita yang telah saya posting merupakan kisah nyata yang sebenarnya juga telah di buat buku.

Bagi para pengunjung, jangan lupa untuk memberi komentar maupun tanggapan dari kisah yang ada di blog ini. Oh ya, pengunjung juga dapat mengirimkan cerita melalui email saya yang dapat diakses di tombol "Kirim Ceritamu di Sini", agar beban maupun kegalauan bisa berkurang. hehe

Terimakasih