Tak pernah terpikirkan olehku untuk
menjadi seorang guru, sama sekali tidak. Sebenarnya, aku ingin sekali menjadi
seorang ahli planologi. Dan ternyata keinginanku tersebut dikabulkan. Aku
diterima di jurusan Teknik Tata Kota Universitas Diponegoro setelah mengikuti
tes ujian masuk UNDIP. Namun, orang tua dan guru-guruku tidak suka jika aku
mengambil jurusan tersebut karena menurut mereka peluang kerja wanita di bidang
teknik sangat minim. Awalnya aku tidak mempedulikan mereka. Tekadku untuk
menjadi seorang ahli planologi sudah bulat. Impianku sudah di depan mata. Aku
berpikir bahwa aku bisa membuktikan kepada mereka walaupun aku seorang wanita,
aku akan tetap bisa menggapai impianku untuk menjadi seorang ahli planologi.
Sebenarnya,
orang tuaku sangat demokratis, mereka tidak pernah memaksakanku untuk menjadi
apa yang mereka inginkan. Namun aku melihat orang tuaku, begitu menginginkanku
menjadi seorang guru. Aku sadar, aku belum bisa menjadi anak yang berbakti bagi
mereka, aku belum bisa membahagiakan mereka, padahal mereka adalah segalanya
bagiku. Akhirnya dengan berat hati aku melepaskan impianku dan mencoba
mewujudkan keinginan orang tuaku. Aku mengikuti Seleksi Mandiri di UNY dan aku
di terima di jurusan Pendidikan Kimia Internasional. Orang tuaku sangat senang
waktu itu, dan aku hanya bisa mengubur impianku dalam-dalam untuk menjadi
seorang ahli planologi. Ya, aku memang seorang pengecut yang tidak berani
memperjuangkan cita-cita yang sudah ada di depan mataku.
Aku melewati hari-hari kuliahku di UNY dengan
setengah hati. Aku di sini bukan karena keinginanku, hanya demi orang tuaku,
pikirku waktu itu. Ada suatu saat dimana aku benar-benar merasa jenuh dan muak
menjalani semua ini. Aku mencoba bercerita kepada seorang teman dekatku dan dia
berkata, “Bukankah kamu pernah melewati suatu yang berat dan kamu selalu
mendapat sesuatu yang lebih baik pada akhirnya? Kamu berada disini sekarang
karena Tuhanmu telah merencanakan sesuatu yang sangat indah untukmu kemudian.
Kamu tahu apa yang kamu inginkan, tapi Tuhan memberi apa yang kamu butuhkan.
Mulai sekarang coba niatkan apa yang kamu lakukan untuk Tuhanmu, bukan untuk
orang lain termasuk orang tuamu. Ketika kamu merasa jenuh atau bosan, ingatlah
ada sesuatu yang telah direncanakan oleh Tuhan untukmu, sehingga Dia
menjadikanmu berada di tempat ini sekarang.” Kata-kata itu seakan menikamku. Sejak
saat itu aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan meniatkan segala yang
aku lakukan untuk Allah. And it’s like a magic. Segalanya terasa lebih ringan
dan aku mulai menikmati masa-masa kuliahku di UNY.
Menjadi
seorang guru, yang awalnya aku anggap sebagai suatu pekerjaaan yang mudah,
ternyata sangat susah. Seorang guru bukan hanya bertugas untuk menyampaikan
materi yang ia miliki, tetapi lebih dari itu, seorang guru mempunyai tanggung
jawab moral yang sangat besar untuk mendidik generasi penerus bangsa. Seorang
ahli tata kota, hanya mampu mengubah wajah suatu kota. Namun, seorang guru yang
baik, mampu mengubah pikiran dunia. And it’s unbelievable, I will be a teacher.
Bagiku menjadi seorang guru adalah suatu pekerjaan yang unik. Aku membayangkan
aku akan bekerja di sebuah industri yang menghasilkan produk berupa manusia
dengan berbagai macam profesi. I think it will be very interesting. J
Suatu
hari aku menonton Sendratari Ramayana di Candi Prambanan. Aku sangat terkesan
dengan pertunjukan tersebut. Ternyata, Indonesia memiliki seni tradisional yang
sangat indah dan mampu menarik puluhan pasang mata wisatawan mancanegara untuk
menyaksikannya. Ironisnya, hanya sedikit generasi bangsa yang mau
melestarikannya. Sebagian besar generasi muda saat ini telah terbawa arus
modernisasi dan mulai melupakan seni tradisional mereka, termasuk aku.
Sebenarnya, aku merasa sangat malu mengakuinya. Tiba-tiba muncul keinginan yang
sangat kuat dalam diriku untuk bisa menjadi salah seorang pengrawit di
pagelaran tersebut. Aku mendengar bahwa UKM Kamasetra UNY selalu ambil bagian
dalam pagelaran tersebut. Tanpa pikir panjang, aku langsung mendaftar menjadi
anggotanya. Bagi orang yang buta seni sepertiku, belajar gamelan merupakan
sesuatu yang sangat susah. Perjalanan menuju Sendratari Ramayana terasa sangat
jauh bagiku. Teman-temanku di Kamasetra rata-rata adalah lulusan SMKi dan
sangat berbeda denganku yang baru saja ‘mengenal’ gamelan. Awalnya aku sempat
merasa minder, tetapi mereka selalu memotivasiku untuk tidak pernah berhenti
mencoba. Sekarang hidupku terasa sangat indah, aku bertemu sesuatu yang baru
‘bernama’ gamelan. Dan suatu hari aku pasti bisa menjadi salah satu pengrawit
di sendratari Ramayana. Amien…
Dan
mengenai keinginanku untuk menjadi seorang ahli planologi, aku tak lagi merasa
kecewa. Saudaraku -seorang mahasiswa jurusan Teknik Planologi UNDIP- dengan
senang hati meminjamkan buku-bukunya dan mau menerangkan sedikit kepadaku
mengenai ilmu planologi. Ya, walaupun aku tidak akan menjadi seorang ahli
planologi, paling tidak aku tahu sedikit mengenai ilmu yang ingin kudalami itu.
Mungkin
inilah sesuatu yang telah direncanakan oleh Allah untukku. Sesuatu yang sangat
indah, yang bahkan tidak pernah kubayangkan. Aku adalah seorang calon guru
kimia yang inspiratif, seorang calon pengrawit Sendratari Ramayana, seseorang
yang akan mampu membanggakan orang tuanya, dan seseorang yang akan mampu
membawa senyum untuk orang-orang disekelilingnya. Amien…
Aku
tidak akan pernah melepas mimpiku untuk kedua kalinya.
By : MWA
0 komentar:
Posting Komentar