Kisah
ini berawal dari seorang teman seperjuangan, yang dari mulai aku mengenal abc(
masih SD maksudnya) sampai SMA kita tidak pernah berpisah. Waktu SD memang
tidak terlalu akrab, tapi kita jadi sohib kental saat menginjak bangku SMA.
Bagaiman ti\dak
! Sudah satu kos, satu kampung lagi. Aku berasal dari sebuah desa yang agak
terpencil (tapi sekarang udah agak maju lah.. ).
Nama desanya Pangkalan Panduk, Kec. Kerumutan,
Kab. Pelalawan , Riau. Disitulah aku dibesarkan oleh kedua orang tua tercinta.
Agak jauh dari pusat kota. Kalau mau kekota harus menempuh perjalanan lebih
kurang 1 jam. Kalau mau ke Kerinci harus menempuh perjalanan 2 jam lebih. Itu
kalau jalannya santai, kalau ngebut mungkin satu jam’an. Kerinci itu ibukota
kabupaten Pelalawan. Nah, disanalah aku melanjutkan sekolah ke jenjang sekolah
menengah atas.
Namanya Desi. Lengkapnya Desi Asmarani. Desi
adalah sosok teman yang baik. Kalau aku kekurangan uang , dia selalu memberi
pinjaman. Yang membelikan obat ketika aku sakit. Desi memang berasal dari
keluarga berada. Kalau aku sih berasal dari keluarga sederhana. Sederhana
sekali. Aku adalah anak keempat dari 7 bersaudara. Aku mempunyai 2 adik perempuan dan satu adik
laki-laki, satu saudara perempuan dan 2 saudara laki-laki. Kalau di Riau,
panggilan untuk laki-laki yang lebih tua adalah abang.
Kembali
lagi tentang sahabatku , Desi. Desi itu orangnya gendut. Tapi dia sangat
percaya diri. Ngomongnya ceplas-ceplos. Dia orangnya cuek. Gak terlalu peduli
dengan komentar jelek orang tentang dia. Atau istilah kerennya ‘cuek bebek’
lah,,. Ayah Desi adalah seorang imam di kampung kami. Naahh,, sekarang giliran
aku.Tetapi walaupun pemalu, aku adalah anak yang rajin. Dari SD sampai SMP aku
selalu mendapat rangking 1 di kelas.
Tapi
menginjak SMA aku mulai menjadi anak yang agak nakal. Jadi pemalas belajar. Dan
kerjaan ku main dan main saja. Dan sejak saat itu prestasiku di sekolah menurun
drastis. Yang dulunya sang juara, malah masuk 10 besarpun tidak.
Waktu
SMA aku tidak sekelas dengan Desi. Aku X5 dan Desi X6. Tapi kalau lagi
istirahat kami kadang makan bareng dikantin. Aku aslinya sangat pemalu. Kalau
disuruh maju ke depan kelas, maka akan bercucuranlah keringat dinginku, tangan
gemetaran, badan menjadi panas dingin, dan suaraku jadi tersendat-sendat. Aku
gak tau sejak kapan aku seperti itu, sepertinya itu bawaan lahir. Berbeda
sekali dengan adik bungsuku. Dia sangat agresif. Dan dia tidak pernah malu
untuk bertanya. Memang setiap pribadi itu tercipta dengan keunikan tersendiri.
Hari
itu menjelang libur kenaikan kelas , anak-anak kelas X mengadakan acara
jalan-jalan melihat peninggalan bersejarah yang satu-satunya di provinsi Riau
yaituh candi Muara Takus yang terletak cukup jauh dari Pelalawan. Perjalanan
menuju lokasi memakan waktu sekitar 6-7 jam. Waktu itu kami berangkat pas hari
minggu. Pagi-pagi sekali aku udah dan Desi sudah berangkat dari kos menuju
sekolah. Sebelum berangkat. Kami diberi arahan dulu oleh pak Jaiz. Beliau
adalah seorang guru sejarah. Setelah semuanya clear maka kamipun berangkat
menuju lokasi dengan menggunakan bis kota.
Perjalanan
yang menyenangkan. Apalagi karena kami berangkatnya pagi-pagi. Waktu itu
matahari baru menampakkan wajahnya yang sumringah. Cerah sekali. Dan kami
sangat menikmati perjalanan itu. Sambil bernyanyi-nyanyi riang gembira. Hanyut
dalam suasana yang begitu indah dan harmonis. Pemandangan alampun sangat
mendukung. Tapi, menjelang siang kami mulai lelah. Ada yang tidur di pojokan
sambil ngorok, ada yang asik-asikan makan snack sendiri, ada yang muntah-muntah
malah. Separuh perjalanan kami pun berhenti didekat sebuah jembatan.
Kami pun makan siang di sana sambil bersenda
gurau. Selesai makan, kami sempat jeprat-jepret sedikit. Kemudian kami
melanjutkan perjalanan. Menjelang zuhur kami sampai ke tujuan. Sesampainya
disana rombongan berpencar. Aku dan teman-teman lansung ke kompleks candi untuk
melihat-lihat. Berpose ria di sana. Setelah puas fhoto-fhoto, lalu kami bermain
ayunan. Sore harinya cuaca mendung. Maka sehabis Ashar kamipun pulang.
Perjalanan
pulang cukup menyenangkan. Cuaca yang dingin lebih rileks. Dan asik buat tidur.
Bis pun sepi karena semua udah pada tidur. Menjelang mahgrib kami sampai ke
Pekanbaru. Pak supir pun memarkir kendaraannya. Kami turun satu per satu. Lalu
Desi berkata kepada pak supir, “ pak, kita berhenti di mall Ciputra aja, abang
saya udah nunguin disana”. Pak supir diam saja. Lalu Desi berkata lagi, ‘ pak,
gimana nih..! Ntar abang saya nyariin…!! Pak supir pun angkat bicara, “ Dek,
kita nih berhentinya di Mall Ciputra..! Kontan semuanya tertawa.
Oh
My Good..!! Desi baru sadar kalo kita emang berhentinya di Mall Ciputra. Karna
dia gak liat kiri kanan. Lagi pula katanya dia tidak tau dimana tepatnya Mall
Ciputra itu. Dia pun jadi malu sendiri. Kami pun berjalan menelusuri pusat
perbelanjaan tersebut`. Setelah puas jalan-jalan kami pun melanjutkan
perjalanan menuju Pangkalan Kerinci. Menjelang tengah malam kami baru sampai.
Ini
hanyalah salah satu dari sekian banyak kisah persahabatan kami. Ternyata
mempunyai seorang teman yang Super PD sep[erti itu mempunyai dampak bagiku.
Perlahan-lahan tapo pasti aku mulai ketularan penyakit PD- nya itu. Dan gak tau
sejak kapan persisnya aku jadi menjadi seperti ini. Aku gak tau apakah ini
diriku yang sesungguhnya. Yang pasti aku masih mencari jati diriku sebenarnya.
Dan ternyata dengan percaya diri semuanya akan terasa mudah.
BY: AST
0 komentar:
Posting Komentar