Namaku
Sri Rejaki Dwi Astuti. biasa dipanggil Sri atau Entik. Aku anak kedua dari dua
bersaudara. Aku punya seorang kakak yang juga kuliah di FBS UNY. Umur kami
hanya selisih satu tahun, sehingga aku dan kakakku sangat akrab dan mempunyai
kesamaan sifat yaitu tidak ada yang mau mengalah. Walaupun demikian, aku sering
curhat denagan kakakku. Kami saling menjaga rahasia supaya ibuku tidak tahu
tentang hal-hal yang tidak disukai ibuku, misalnya saat kakakku punya pacar.
Karena kami belum diperbolehkan ibuku untuk punya pacar, kakakku pacaranya
secara backstreet dengan pacarnya. Akupun mengetahuinya, lalu kakakku meminta
supaya aku tidak bercerita pada ibuku. karena aku kasihan pada kakakku, akupun
tidak cerita pada ibuku. Aku sangat dekat sekali dengan kedua orang tuaku. Banyak
yang bilang kalau aku itu anak mami, soalnya aku masih suka manja pada kedua
orang tuaku. Walaupun dekat dengan kedua orang tuaku, aku sering sekali cerita
pada ibuku, tapi tidak semua hal aku ceritakan. Aku tidak cerita pada ibuku
hal-hal yang membuat ibuku sedih dan khawatir. Aku punya pengalaman yang tak
terlupakan selama ini. Ada pengalaman yang bagus, ada yang jelek, ada yang
memalukan dan ada juga yang menjengkelkan. Diantara pengalaman-pengalamanku
tadi, ada yang sesuai dengan nilai kejujuran. Maklum aku sering sekali
berbohong pada ibuku. tetapi berbohong bukan untuk menipu tetapi berbohong demi
kebaikan. Hehe.
Saat
aku masih TK, aku termasuk murid yang pintar. Aku lebih cepat menerima
pelajaran dibandingkan dengan teman-temanku. Walaupun demikian aku merasa sedih
karena aku tidak ditunggui oleh ibuku. memang sejak kecil aku dititipkan di
rumah kakek dan nenekku karena ayah dan ibuku sibuk bekerja. Ibuku bekerja
sebagai guru dan ayahku bekerja sebagai karyawan swasta. Aku sering merasa iri
pada teman-temanku karena mereka selalu ditunggui ibu mereka. Sementara aku,
aku tidak pernah ditunggui ibuku. Kalau pagi aku hanya diantar sampai sekolah.
Kalau pulang kadang-kadang dijemput kakekku. Kadang-kadang kalau kakekku sedang
tidak ada kerjaan, kakek juga sering menungguku. Tetapi rasanya beda antara
ditunggui kakek dengan ibu. Lalu suatu hari ku mempunyai akal untuk membuat
ibuku menungguiku. Saat aku diantar sampai sekolah, aku minta ibuku supaya
berangkatnya kalau aku sudah masuk kelas. Saat aku masuk kelas, aku kembali
meminta ibuku supaya jangan pergi. Ibuku tetap menungguku walaupun dengan
marah. Aku baru membolehkan ibuku pergi ketika sudah siang (hampir jam 9). Tapi
ibuku tidak jadi pergi karena sudah malu dengan atasannya karena berangkat siang,
lalu ibuku tetap menungguku sampai sekolah selesai. Aku merasa senang banget
karena ditunggui ibuku, tetapi setelah sampai dirumah, aku dimarahi ibuku
karena perbuatanku tadi membuat ibuku tidak pergi berangkat tanpa alasan.
Setelah kejadian itu, ibuku tidak mau lagi menungguku sekolah.
Memang
saat aku masih kecil, aku sangat nakal sekali. Waktu itu sawah di dekat rumahku
ditanami tebu. Saat itu, aku masih kecil sehingga aku selalu mengikuti kakakku
kemanapun dia bermain. Saat itu, kakakku dan teman-temannya bermain di sawah.
Tidak ku sangka, saat itu bertepatan dengan saat panen tebun. Kemudian kakakku
dan teman-temannya memutuskan untuk meminta tebu. Tetapi karena takut dimarahi
mandornya, mereka mencuri tebu yang telah dipotong-potong. Kami mengambil banyak
tebu. Setelah memperoleh tebu yang banyak, lalu kami melarikan diri supaya
mandornya tidak tahu dan supaya kami tidak dimarahi. Setelah itu, tebunya pun
dibagi. Aku dan kakakku mendapat bagian yang banyak. Karena kami tidak boleh
makan tebu oleh ibu, maka kami makan tebunya secara sembunyi-sembunyi di tempat
pakdeku. Tetapi ibuku mengetahui kalau aku dan kakakku mencuri tebu karena ada
kulit tebu yang berserakan. Setelah itu, kami dimarahi ibu dan dihukum tidak
boleh bermain jauh-jauh dari rumah. Selain itu aku juga sering tidak patuh pada
nasehat ibuku yaitu agar tidak minum es karena jika aku minum es pasti aku akan
demam. Tetapi karena saat itu aku masih kecil, nasehat dari ibuku hanya masuk
kuping kanan dan keluar melalui kuping kiri, maka aku tetap saja jajan es.
Tetapi karena aku tidak patuh pada nasehat ibuku, setiap kali aku minum es,
maka tidak lama kemudian aku terserang flu. Hal ini membuat ibuku curiga kalau
aku flu, pasti aku habis minum es. Oleh karena itu, ibuku selalu tahu jika aku
habis minum es, maka aku akan flu. Tapi sampai sekarang aku juga sering
melanggar nasehat ibuku yaitu untuk minum es.
Saat
aku masih duduk di bangku SD, aku termasuk anak yang pandai di kelas. Dari
kelas 1 sampai kelas 6, aku selalu menempati posisi tiga besar di kelas. Pada
saat aku kelas 5, saat ulangan salah satu mata pelajaran, aku melihat temanku
melakukan hal yang tercela, yaitu mencontek. Tidak hanya bertanya teman yang
lain, tetapi dia menyembunyikan buku di laci meja, kemudian pada saat guru
sedang keluar ruangan (ada kesempatan), dia membuka buku dan mencari jawaban
pertanyaan tersebut. Benar saja, saat hasil ulangan dibagikan, nilai temanku
hampir sempurna. Karena tergiur dengan nilai yang bagus, aku ikut-ikutan menyembunyikan buku di dalam laci
pada saat ulangan. Ketika ulangan selanjutnya, aku mengikuti kelakuan temanku
tadi, yaitu menyembunyikan buku di laci meja. Pada saat guru sedang keluar, aku
membuka buku dan mencari jawaban soalnya. Dasar saat itu aku tidak beruntung,
tiba-tiba saja guruku berada di belakangku. Aku kaget setengah mati. Tapi
untunglah guruku tidak memarahiku dan membiarkanku begitu saja. Alhamdulillah
aku tidak dimarahi guruku. Dengan sigap aku memasukkan bukuku ke dalam laci dan
bertingkah laku seolah-olah tidak ada yang terjadi. Sejak saat itu, aku tidak
mau lagi melakukan hal tersebut yaitu membuka buku saat ulangan sampai sekarang
karena aku trauma dan takut jika aku melakukan hal tersebut akan ketahuan dan
aku akan dimarahi.
Saat
aku duduk di bangku SMP, aku mendapat hadiah dari ibuku jam tangan. Aku sangat
senang mendapat hadiah tersebut, sehingga setiap aku pergi ke sekolah, aku
memakai jam tangan tersebut. Tetapi halm yang tiak aku inginkan dan tidak aku
sangka terjadi. Pada suatu pagi saat aku berangkat sekolah, aku memakai jam
tangan tersebut. Sesampai di sekolah, aku ngobrol dengan temanku di depan
kelas, kebetulan kelasku berada di lantai dua. Kami mengobrol sambil
memperhatikan orang-orang yang sedang lalu lalang di halaman sekolah. Lalu
temanku bertanya padaku, “Sri, jam berapa sekarang?”. Otomatis aku melihat jam
yang ada di pergelangan tanganku. Aku kaget setengah mati karena ktika aku
melihat pergelangan tanganku, jam tanganku sudah tidak ada lagi. Padahal saat
aku sampai di sekolah, jam tanganku masih melekat di pergelangan tanganku.
Kontang saja aku langsung bingung dan sedih. Lalu aku mengajak temanku mencari
jam tanganku. Kami menelisuri jalan yang aku lewati tadi dari jalan raya saat
aku turun dari motor ibuku sampai kelasku. Ternyata kami tidak menemukan jam tanganku.
Hal ini membuat aku merasa bersalah pada ibuku. Aku takut untuk berbicara pada
ibuku kalau jam tangan pemberian ibuku hilang. Aku takut jika aku berbicara
pada ibuku, ibuku akan sedih, sehingga saat itu aku belum mempunyai rasa
percaya diri untuk berbicara dengan ibuku. Setiap ibuku bertanya dimana jam
tanganku, aku selalu menjawab “Di tas buk”. Tapi lama kelamaan, mungkin ibuku
merasacuriga kepadaku karena aku tidak pernah lagi memakai jam tangan itu. Lalu
ibuku bertanya lagi padaku dimana sebenarnya jam tanganku, kenapa aku tidak
pernah memakainya. Lalu aku mengumpulkan semua keberanianku dan berbicara yang
sebenarnya pada ibuku kalau jam tanganku hilang. Saat itu aku merasa takut
karena aku merasa akan dimarahi. Tetapi Alhamdulillah ibuku tidak marah padaku
dan bangga karena aku telah berkata jujur. Akupun kaget ketika tahu ibuku tidak
marah dan aku sangat lega karena sudah berkata yang sebenarnya. Tidak lama
kemudian aku dibelikan lagi jam tangan oleh ibuku. Aku merasa senang sekali
karena aku dibelikan jam tangan lagi oleh ibuku dan sampai saat ini, jam tangan
pemberian ibuku masih aku jaga dan selalu aku pakai setiap aku pergi.
Kejadian
ini terjadi belum lama, waktu aku pulang kuliah, aku pulang agak malam tepatnya
petang, aku memacu motorku dengan kencangnya karena sudah malam dan karena
bensin sudah mau habis. Kalau aku pulang malam, masih suka dimarahi ibuku,
mungkin ibuku khawatir kalau aku pulang malam, makanya dia selalu marah kalau
aku pulang malam tanpa alasan yang jelas. Biasanya bensin akan hemat jika kita
memacu motor dengan cepat. Makanya aku memacu motorku dengan cepat. Rencananya
aku akan mengisi bensin di pom bensin Bantul karena sudah kebiasaan mengisi
bensin disana. Tapi tidak disangka, setelah sampai di Jalan Bantul terjadi kejadian
yang tidak diinginkan, yaitu aku menyrempet motor yang mau menyeberang jalan.
Hal ini terjadi karena motor itu tiba-tiba saja menyeberang dan awalnya aku
tidak tahu kalau ada motor yang mau menyeberang, makanya aku tetap memacu
motorku dengan cepat, aku kaget lalu mengerim tetapi tetap masih menyerempet
walaupun hanya pelan. Tetapi hal tersebut tetap membuat motorku oleng, tetapi
aku tidak jatuh dan tidak lecet sedikitpun. Motor yang menyeberang tadi juga
tidak ambruk, lalu malah pergi melarikan diri. Untung aku ditolong orang
sekitar menegakkan kembali motorku. Aku kira motorku tidak rusak, makanya
langsung saja memacu motorku. Tapi setelah motor berjalan, ternyata
persnelengnya agak meleset karena “pancatan” motornya agak naik sehingga sulit
untuk memasukkan persnelengnya. Sesampai dirumah, aku sudah ditunggu di depan
rumah oleh ibuku. Karena aku tidak mau membuat ibuku khawatir, aku tidak cerita
kalau aku tadi menyerempet motor. Aku tidak mau membuat ibuku khawatir karena
dua hari sebelumnya kakakku juga kecelakaan. Aku juga tidak cerita pada ayahku
karena aku juga tidak mau ayahku khawatir. Aku hanya bercerita pada kakakku dan
kakakku juga aku suruh supaya tutup mulut supaya tidak memberitahu ibuku.
Supaya ibuku tidak curiga kalau motorku rusak, aku meminta kakakku supaya
memperbaiki motorku. Aku sudah sedikit lega karena motorku sudah kembali
berfungsi dengan baik dan aku tidak terluka sedikitpun, sehingga ibuku tidak
curiga denganku.
Itulah
beberapa pengalamanku yang mengandung nilai kejujuran. Semoga pengalamanku ini
bisa memotivasi orang lain supaya mereka tidak suka berbohong dan selalu jujur
dalam menjalani kehidupan ini. Karena sebenarnya kalau kita berbohong, maka
kita akan selamanya berbohong karena kita akan berusaha menutupi kebohongan
kita dengan kebohongan-kebohongan lain dan hal tersebut sebenarnya akan membuat
kita merasa tidak tenang karena selalu dihantui kebohongan yang kita buat.
Tetapi jika kita jujur, maka hati kita akan tenang karena kita selalu jujur dan
tidak menutupi apapun dari diri kita.
0 komentar:
Posting Komentar