Kehidupan
manusia tak akan pernah sama. Kehidupan yang akan selalu mempunyai sejarah
sepanjang perjalanan hidup seseorang. Tak akan ada yang tahu tentang nasib yang
dijatuhkan Tuhan kepada mereka. Hanya pasrah dan menjalankan kehidupan dengan
kemampuan yang ada dan berfikir bahwa itulah yang terbaik. Tak pernah menyangkal
memang takdir sering kali meleset dari perkiraan kita. Kadang hal itu menjadi
hal yang luar biasa dalam hidup seseorang, namun tak banyak pula yang
mengartikan hal itu adalah ujian dan cobaan dari Tuhan.
Tak ayal memang, manusia tak pernah ingin merasakan susah,
namun sepertinya hal itu tak kan pernah terjadi. Semua yang hidup dalam dunia
ini tak akan mampu menolak hadiah yang diberikan Tuhan kepada kita. Baik itu
rizki maupun hal itu musibah sekalipun. Semua telah diatur oleh-Nya, dan kita
adalah makhluk yang ada jauh di bawah-Nya. Sebagai manusia biasa yang terkadang
melakukan salah dan
hilaf. Terlintas dalam pikiran dan selalu terbayang kisah itu. Peristiwa
yang menjadi bagian dari perjalanan hidupku yang amat mempermainkan perasaan
ini.
Aku tahu semua orang berbeda, mereka mempunyai
keunikan dan kekhasan tersendiri. Semua tampil apa adanya
dengan sikap mereka
yang lembut. Aku selalu ingin menjadi seperti mereka yang selalu bahagia
dan penuh dengan keistimewaan di dalam hidupnya. Banyak hal yang mungkin aku
tak merasa bahwa ada keunikan dan kekhasan tersendiri serta kelebihan yang aku
punya. Yang aku tahu adalah aku bukanlah mereka. Mereka adalah manusia yang
sempurna menurut anggapan orang yang tak bisa bersyukur, termasuk aku.
Kegembiraan
dan canda tawa yang seharusnya aku luapkan setiap harinya, tak lagi aku
rasakan. Kesalahan yang membuat hidup menjadi seperti di dalam penjara dan
relung yang jauh dari sinar yang menerangi. Aku terlanjur beranggapan bahwa
hidup ini tak akan bisa berubah ke arah yang aku inginkan. Semua akan sama
saja, sia-sia. Persepsi yang demikianlah yang membuat diri ini tak ingin
kembali menyususn rencana untuk merubah kehidupan ini.
Masa-masa sekolah adalah masa dimana
insan-insan ciptaan Tuhan berkumpul mencari ilmu dan juga ajang memperbanyak
teman dan sahabat. Masa bahagia ketika berada dalam suasana kelas yang ramai
dan penuh dengan keusilan. Semua sungguh menyenangkan. Tangan-tangan lembut
saling menyapa dengan manisnya. Ungkapan kasih selalu terdengar setiap harinya.
Tak ada alasan untukku untuk menolak
mereka yang memberi senyum lembut nan penuh kasih mesra. Mereka yang selalu
buat suasana menegangkan menjadi menyenangkan. Mereka yang senantiasa bersama
melawan ketakutan menjadi sebuah tantangan.
Perjalanan panjang itu baru aku mulai. Hari demi hari telah aku lalui. Minggu, bulan, dan tahun pun berganti.
Sepanjang waktu itu banyak rentetan peristiwa yang mewarnai hidupku. Baik
konyol, sedih, gembira, maupun mengharukan tak kan pernah hilang dari
ingatan ini. Mereka yang selalu mengisi
hari-hariku, yang selalu mendengarkanku dan yang selalu menjadi pelampiasanku
ketika marah. Aku sadar betapa jahatnya aku untuk mereka dan betapa
beruntungnya aku dapatkan mereka.
Dulu aku sempat berfikir, kapankah aku bisa
mendapatkan sahabat yang setia menemaniku dan selalu ada di kala sedih maupun
senang seperti yang aku dapatkan sebelumnya.
Aku sandarkan diriku kepada-Nya selalu, berharap aku
akan dapatkan sahabat yang lama
aku nantikan. Yang akan membawa diri ini kedalam eksperimen-eksperimen yang
lebih dahsyat lagi. Namun nyatanya tak kunjung aku dapatkan hal itu.
Mereka semua bahagia menggandeng teman
duduknya, berjalan bersama dengan penuh keceriaan. Mereka membuatku iri, mereka
membuat aku semakin tak kuasa dan ingin rasanya aku pergi dari kelas itu dan
mencari tempat lain untuk mencari sahabat yang selama ini aku cari. Hal itu yang setiap saat aku lihat dan selalu
menjadi tontonan yang memuakkan diri ini. Bukan aku yang tidak ingin mendekat
dan mencari. Aku terlanjur merindukan
mereka yang selalu terbayang dalam ingatan, aku ingin dapatkan mereka kembali.
Aku tahu sifat-sifat mereka, teman-teman baru yang hanya baik diluarnya dan
nyatanya ada hal-hal lain yang sebenarnya itulah yang mereka inginkan.
Bukan berarti aku selama ini tak pernah
merasakan menjadi seorang teman. Aku
pernah berteman dengan seorang gadis yang rupawan nan pandai orangnya .
Aku merasa inilah langkah awal yang baik dimana aku bisa mengenal seseorang dan
bisa menjadi teman selama memasuki sekolah yang aku tuju dan selama proses pengenalan tentang sekolah
yang bersangkutan sekaligus penghuninya yang menjadi keluarga besar sekolah
tersebut.
Awal
yang baik, itulah yang sempat aku pikirkan dan rasa bangga hadir sejenak dalam
diri. Berawal dari pertemuan itu akhirnya aku bisa lebih diakrabkan dalam satu
tali persaudaraan dalam satu kelas yang sama. Rasanya inilah kali pertama aku
bisa mendapatkan teman yang tak terduga. Bukan masalah sombong ataupun memuji
diri sendiri, karena memang diri ini sangatlah berbeda dengan kebanyakan orang
yang ada saat itu.
Ada
catatan khusus tentang diri ini. Aku bukanlah aku yang sekarang yang sedang
menulis kata demi kata merangkai dalam satu cerita ini. Aku yang dulu amatlah
polos dan bahkan tak mengerti apa itu cinta. Teman-temanku mengira aku hanyalah
kutu buku yang selalu diam dan sulit untuk diajak bicara. Dan mereka berfikir aku tidak sesuai
dengan mereka yang pada dasarnya mereka anak-anak yang tahu lebih banyak dunia
luar,sementara aku tidak tahu apa-apa.
Mereka
tidak mengerti bagaimana diri ini sebelum mengenal teman-teman baruku itu. Aku
bukanlah seperti apa yang mereka semua pikirkan. Aku tak pernah menurut dan
selalu keluyuran tak tentu tujuan. Aku juga heran dengan perubahan yang terjadi
dengan sekejap pada diriku ini semenjak memasuki sekolah menengah yang baru.
Yang pada akhirnya berdampak pada masalah tentang hidupku. Padahal dulu aku tidak bisa tenang sementara orang lain
menantang. Namun hal itu tak lagi bisa aku lakukan. Mengingat bersama siapa aku bisa melakukannya lagi.
Satu semester sekolah seakan tekanan demi
tekanan aku rasakan tanpa aku pahami peristiwa yang menyertai hidupku sendiri.
Ingin rasanya aku kembali pada kebiasaanku yang dulu. Bermain seenaknya,
bercanda semaunya, dan bahkan melakukan hal-hal yang seharusnya sebagai seorang
remaja puteri tidak melakukannya. Semenjak aku sekolah yang jauh dari kampung
halamanku, berat rasanya diri ini dalam menjalani hidup.
Seorang
remaja yang baru lulus sekolah menengah pertama sudah diharuskan untuk jauh
dari orang tua. Dua semester merupakan masa dimana aku merasakan
tekanan-tekanan dari diri ini. Mentalku seakan tak kuat lagi. Kenapa aku yang
masih kecil tidak tahu bagaimana mengurusi diri sendiri tanpa ada orang yanng
pedulikanku. Masa-masa sekolah menengah atas adalah masa–masa aku benar-benar
hidup penuh dengan penderitaan dan ujian.
Remaja
yang masih perlu disiapkan semua barang yang diperlukannya, kini harus bisa
menyiapkan dengan bantuan dirinya sendiri. Satu tahun awal adalah ujian
terberat dalam sejarah aku jauh dari orang tua. Melihat teman-teman yang dengan
cepat dan enaknya memakai kendaraan ketika pergi sekolah, melihat mereka yang
selalu berganti peralatan sekolah, dan mereka yang selalu lebih dalam hal
ekonomi. Diri ini hanya terdiam menyaksikan semua yang selalu aku lihat setiap
harinya. Berharap kelak aku akan bisa melebihi mereka.
Aku
selalu berjalan cepat menuju sekolah agar aku bisa sampai tanpa tertutup
gerbang sekolah, yang memang secara jarak tempatku cukup untuk membuat kaki terasa linu dan
badan bau keringat. Aku tak peduli itu, meski memang terasa amatlah tidak
nyaman ketika aku berdampingan dengan teman yang lain. Sering kali aku menjadi
bahan ketawaan anak-anak satu kelas karena tempat tinggalku yang menurut mereka
adalah tempat yang terbelakang. Mereka memang benar, mereka pantas untuk itu.
Namun
di dalam relung hatiku sebenarnya tersimpan dendam yang amat besar untuk
mereka. Dan berharap aku bisa memberikan balasan dan bisa lebih mempermalukan
mereka lebih dari yang mereka berikan. Dendam yang terus aku simpan hingga
waktu yang tepat menghampiri. Cerita suka dan duka yang aku rasakan selalu aku
tuangkan dalam lembaran putih yang selalu menjadi teman setiaku dari kecil
hingga sekarang. Telah banyak cerita perjalanan hidupku yang terpatri indah di
sana.
Bila
kembali melihat kenyataan yang aku alami, dimana aku menghadapi mereka. Aku
tidak suka tingkah dan gaya mereka yang mana hal itu suatu mode yang sedang
buming waktu itu. Namun tampaknya diri ini tak begitu mempedulikan hal itu.
Dunia begitu indah. Seindah mereka yang memaknai hidupnya di dalam setiap
peristiwa yang menimpanya. Selalu memberi salam yang hangat dan selalu setia
pada sikap sopannya meski dalam kesedihan hati. Aku ingin seperti itu, dan
itulah tekadku waktu itu.
Aku
terus belajar meski sering diri ini tidak makan karena persediaan habis. Aku
terus semangat meski kaki ini seakan tak kuat melangkah. Aku terus berlari
meski hati ini terus menjerit berharap akan ada orang yang mengerti. Namun
nyatanya tidak ada yang terbuka hatinya. Hujan deras dan panas terik, aku
berjalan diantara mereka yang lalu lalang dengan enjoynya. Aku berfikir bahwa
mereka adalah orang-orang yang pada akhirnya aku yang akan membantu mereka,
meski mereka tidak melihat perjuangan hidupku untuk tetap bertahan di sekolah
yang penuh dengan rumitnya hidup.
Tuhan begitu adil memberi setiap apa yanng
diperlukan oleh makhluk-Nya. Meski lama aku menanti hal itu, dan meski semua
itu penuh dengan deraian air mata yang sepanjang malam menetes pelan di wajah
ini. Satu tahun berlalu dan inilah kehidupanku yang sebenarnya.
Keajaiban-keajaiban dan rahmat yang selalu datang silih berganti mendekap
hangatnya diriku. Aku menemukan mereka. Aku menemukan sosok-sososk mereka yang
telah lama aku nantikan dalam hidupku, sahabatku.
Betapa
bersyukurnya diri ini atas apa yang aku alami. Mereka adalah bagian dalam kisah
hidup yang membawa persaudaraan sejati sampai saat ini. Tak kenal status sosial
maupun status apapun yang melekat dalam diri masing-masing. Hati-hati yang
tulus berkumpul menjadi satu kesatuan dan membentuk satu ukhuwah yang sempurna.
Tuhan memberi jalan, dan aku selalu percaya itu. Tak kan pernah Tuhan memberi
hadiah tanpa ada alasan, semua berawal dari niat yang selalu muncul ketika diri
melangkah.
Kebahagiaan
tak selamanya dirasakan dan kesedihan juga tak selamanya dialami. Diri merasa
bahagia dalam hal jiwa yang telah terisi wajah-wajah tulus mereka, namun
perjalanan hidup ini akan terus berjalan sepanjang aku masih termasuk makhluk
yang punya roh. Meski aku masih menemukan lagi kesulitan dan kejengelan
sepanjang aku menghadapi orang-orang di sekitarku.
Hidup bukanlah apa yang kita pikirkan namun
bagaimana kita bisa melakukan hal yang bermanfaat untuk banyak orang. Tersenyum
untuk orang-orang yang kita sayangi karena sebenarnya senyum itulah yang mereka
harapkan dari diri kita. Kini aku mengerti makna hidup ini, perjuangan dan
pengalaman adalah ilmu yang paling berharga. Dan mereka adalah jiwa-jiwa yang
tak kan pernah aku lupa sepanjang hidupku. Merekalah para sahabat sejati,
sahabat dimanapun dan sampai kapanpun. Hati ini sangatlah lama menanti
kehadiran sosok yang aku harapkan. Di dalam jiwa-jiwa kalian aku menemukan
sosok itu. Tak banyak kata yang aku utarakan teman. Jikalau kalian bisa
mendengar suara hati ini, sungguh aku disini merindukan kalian.
Kini
entah dimana mereka, yang pasti mereka telah menemukan jalan hidup yang memang
menjadi langkah menuju impian yang mereka impikan. Sejauh mata memandang
hanyalah sosok putih yang selalu ada dalam hati yang kan terus menjadi teman
yang tak kan pernah aku lupakan. Saat yang aku rasakan bukanlah saat dimana aku
merasakan kedamaian di dalam hati, namun terlebih aku merindukan mereka hadir
di sini. Entah kenapa aku selalu merasa tidak punya teman saat ini, ketika diri
ini seharusnya telah lebih paham dan lebih bisa bersikap dewasa untuk
menghadapi kerasnya hidup. Kini aku telah memasuki jenjang yang lebih tinggi
lagi tingkatannya, namun tetap diri ini merasa sendiri dan hal itu selalu aku
rasakan. Aku binggung dengan hidupku yang tak pernah bisa menata diri menjadi
pribadi yang mengetahui jati dirinya dan mengerti tentang kebaikan untuk
dirinya sendiri.
Tak
mudah manusia sepertiku untuk mendapatkan apa yang aku harapkan. Tak banyak
yang aku inginkan. Tuhan selalu mendenggar dan Dia selalu memberikan jalan
kepada setiap langkah umatnya yang terseok-seok. Aku hanya ingin banyak orang
yang menyayangiku dan mereka bisa menjadikan diri ini teman yang bisa untuk
bertukar pikiran, tempat mencurahkan keluh kesah, dan mampu diajak diskusi
untuk berbagai tema. Sesungguhnya hanya itu yang aku selalu harapkan dalam
hidupku. Aku ingin hidup ini selalu tersenyum, menikmati kehidupan ini dengan
selalu memberikan kebermanfaatan untuk semua orang.
Hidup
ini hanya sekali, hidup penuh perjuangan. Tak kan ada yang bisa berhasil bila
mereka saling memendam sendiri hati mereka. Dengan keteguhan hati yang percaya
akan rahasia Tuhan pasilah merasa bahwa Tuhan kan selalu memberikan apa yang
dibutuhkan oleh umatnya bukan apa yang diinginkan oleh umatnya. Tuhan tahu yang
sebenarnya yang aku rasakan dan sesungguhnya tak perlu aku terlalu rinci dalam
menyampaikan. Sekelumit kisah yang aku tulis dimana memori ini masih tersimpan
jauh dalam lubuk hatiku hingga saat ini, perjuangan hidup dan kepercayaan diri
akan keajaiban yang Tuhan berikan.
BY: DIANI
0 komentar:
Posting Komentar