Sahabatku, Semangatku



Manusia merupakan makhluk sosial. Begitulah kata guruku. Saat aku duduk di bangku sekolah dasar kelas 5, aku tak pernah mempercayai bahwa aku membutuhkan orang lain untuk hidup. Seakan akan aku bisa melakukan semua sendiri tanpa bantuan orang lain. Aku tak butuh teman, itulah yang ada dalam pikiranku saat itu. Teman hanya menerima kelebihanku saja, tidak menerima kekuranganku. Mereka hanya mengisi hari-hariku saat aku senang, bahagia, gembira. Mereka tiba-tiba lenyap bagai ditelan bumi saat aku sedih dan membutuhkan bantuan mereka. Saat itu aku akhirnya menjadi makhluk individu.
Kemudian saat awal-awal menginjak smp, tetap aku masih menjadi makhluk individu hingga aku mendapatkan juara 1 paralel pada semester satu. Tak ku sangka guru menunjukku untuk ikut organisasi osis smp. Semula aku ingin lari dari tawaran tersebut karena aku menganggap bersosialisasi hanya akan menambah beban pikiranku saja. Tapi apa salahnya kalau mencoba hal yang baru. Mungkin dengan itu aku bisa menjadi lebih baik.
Aku bertemu dengan seorang teman yang saat itu dia menjadi juara 3 paralel. Namanya Meutia Aviva. Aku memanggilnya Avi. Saat itu dia mengajakku untuk ikut les matematika di rumah salah satu guru SMP ku yang bernama Bu Karti. Aku menerima tawarannya. Aku menganggapnya hanya sebagai seorang teman biasa, bukan teman dekat ataupun sahabat. Sebenarnya dia tidak mempunyai teman saat itu. Mereka hanya baik padanya di depannya saja. Cowok adalah penyebab utama dia tidak disukai oleh mereka. Aku tidak  membencinya karena bagiku hal tersebut tidak penting. Bukan berarti aku menyukainya. Mungkin dia menganggap saat itu hanya aku yang tulus berteman dengannya. Aku maklum jika dia berpikiran seperti itu karena memang kenyataan dan keadaan yang mungkin memaksa dia untuk berpikiran bahwa akulah teman yang dia punya.

Sampai pada suatu hari yaitu tepatnya pada tanggal 23 Juli sebelum les matematika, seperti biasa aku dan Avi mencari makan siang. Kali ini dia mengajakku makan siang di KFC. Aku sempat menolak karena aku tidak punya uang. Tetapi dia memaksa dan dia bilang akan menraktirku. Akhirnya aku bersedia diajak makan olehnya. Saat sampai di KFC, aku disuruh Avi untuk memilih apa saja yang aku ingin makan, tapi aku tidak mau karena dia yang menraktir. Lalu dia bilang kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya sehingga dia mau membelikan apa yang aku mau. Aku kaget dengan pernyataannya karena selama ini aku tidak pernah menanyakan apa makanan favoritmu, apa warna yang kamu suka, siapa idolamu bahkan kapan hari ulangtahunnya pun belum pernah aku tanyakan.pada saat itu aku merasa menjadi orang yang jahat, seorang Individu yang tidak peduli dengan yang lain.
Setelah kejadian hari itu, aku  mulai menganggapnya sebagai seorang teman dan lama kelamaan aku menjadikannya menjadi seorang sahabat meskipun kita belum pernah satu kelas. Saat pendaftaran masuk SMA, tak ku sangka aku dan Avi bisa satu sekolah lagi. Aku senang satu sekolah lagi dengannya. Kali ini aku mulai membiasakan diri untuk tidak Hanya menjadi makhluk individu saja. Aku berusaha mencari teman sebanyak-banyaknya karena aku sadar, kita tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kelas satu SMA aku tidak satu kelas dengan Avi. Aku mempunyai banyak teman tapi aku belum bisa menambah sahabat.
Suatu saat, hal yang aku prediksikan terjadi. Avi dicacimaki oleh belasan kakak kelas karena masalah cowok. Aku membantunya dengan cara menenangkan kakak-kakak kelas tersebut dan berjanji akan mengubah sikap Avi menjadi lebih baik. Akhirnya  masalah selesai tetapi hal itu tidak membuatku menjadi lebih dekat dengan avi, malah aku dan Avi lama kelamaan semakin jauh. Dia mempunyai sahabat baru yang mungkin menurutnya mereka lebih baik dari aku.
Jujur, aku merasa ada yang hilang dalam hidupku. Saat aku naik kelas dua SMA, aku sudah tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Avi. aku mempunyai teman satu kelas yang membuatku tidak betah berada di kelas. Namanya adalah Rizky. Seorang cowok anak orang kaya yang selalu membuatku kesal dan sangat sombong. Aku menganggapnya seorang musuh. Saat semester dua, dia mempunyai  pacar yang juga teman sekelas ku, namanya Evi. Aku selalu berpikir kenapa Evi betah selalu berduaan dengan dia. Semenjak dia menjalin hubungan dengan Evi, sikapnya banyak berubah dan yang penting dia tidak menyebalkan lagi. Semenjak itu aku menganggapnya sebagai teman.
Saat ada acara pensi, kelasku menampilkan drama sinderela dimana tokoh utamanya adalah aku dan Rizky. Semenjak itu kita menjadi dekat dan lama kelamaan aku menganggapnya sebagai seorang sahabat. Banyak kesamaan antara Avi dan Rizky, salah satunya adalah mereka suka otomotif dan hobi mengutak-atik motor walaupun mereka berbeda jenis kelamin. Aku seperti mendapatkan kembali sahabatku yang dulu hilang. Aku dan Rizky memang dekat tetapi sebagai sepasang sahabat. Kami pun memutuskan untuk les bersama saat kelas tiga nanti.menurutku sangat menyenangkan belajar dengan sahabat. Hanya rasanya kurang lengkap tanpa Avi.
Rizky memang mirip dengan Avi. dia selalu punya masalah dengan cewek. Bisa dibilang Rizky adalah seorang playboy. Banyak sekali cewek yang mengadu pada ku untuk menyampaikan pada Rizky bahwa mereka meminta kejelasan hubungan. Sampai bosan aku memperingatkan Rizky agar dia tidak mempermainkan perasaan cewek. Tetapi dia selalu menyangkal, dia berkata bahwa merekalah yang Ge Er.
Setelah lulus SMA, aku memutuskan untuk masuk ke jurusan Pendidikan Kimia di UNY. Sedangkan Rizky memutuskan untuk mengambil jurusan Tekhnik Sipil di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Jujur, aku sedikit takut kehilangan sahabatku lagi. Akhirnya, suatu hari Avi menghubungiku dan memberitahuku bahwa dia memutuskan untuk melanjutkan belajarnya di jurusan psikologi dan se-Universitas dengan Rizky. Aku senang sekali karena Avi menghubungiku lagi. Rasanya semangat belajarku kini bertambah.
Aku mengira bahwa Rizky akan melupakanku. Ternyata aku salah. Dia selalu menghubungiku dan kami juga sering belajar bersama, saling tukar menukar pengetahuan dan ilmu. Avi pun demikian. Avi juga selalu menghubungiku dan kami juga sering belajar bersama. Terkadang aku menginap di kosnya Avi dan begitu pula sebaliknya. Walaupun Avi dan Rizky tidak dekat, tapi aku merasa sangat beruntung mempunyai sahabat yang baik seperti mereka. Sampai saat ini, mereka adalah sosok yang sangat berarti dalam hidupku. Aku menyadari betapa kita tak akan mampu hidup tanpa orang lain. Kita tak akan mungkin bisa menghadapi semua masalah hidup ini sendirian.

BY: FARIN

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Blog Ini

Blog sederhana yang berisi kisah yang semoga bisa menginspirasi dan memberi manfaat bagi kita semua. Sebagian besar cerita yang telah saya posting merupakan kisah nyata yang sebenarnya juga telah di buat buku.

Bagi para pengunjung, jangan lupa untuk memberi komentar maupun tanggapan dari kisah yang ada di blog ini. Oh ya, pengunjung juga dapat mengirimkan cerita melalui email saya yang dapat diakses di tombol "Kirim Ceritamu di Sini", agar beban maupun kegalauan bisa berkurang. hehe

Terimakasih