Saat ini aku
adalah salah satu mahasiswi jurusan pendidikan kimia internasional di
Universitas Negeri Yogyakakarta. Sebelum menjadi mahasiswi, aku menempuh
jenjang pendidikan dari sekolah dasar, sekolah menegah pertama dan sekolah
menengah atas. Jika mengingat masa-masa sekolah dulu, begitu banyak kenangan
bersama teman-teman dan guru-guru, dari yang membuat bahagia, sedih hingga yang
mengecewakan.
Aku
adalah anak kedua dari tiga bersaudara, ayahku adalah seorang pegawai negeri
sipil sedangkan ibuku adalah seorang guru sekolah dasar. Menurut pendapat teman-temanku, menjadi anak
dari seorang guru yang juga merupakan guru disekolah kita merupakan suatu
keuntungan pada saat ulangan yakni kita akan diberi kunci jawaban ulangan,
namun justru itu pendapat yang salah. Ibuku tidak pernah sekalipun memberikan
kunci jawaban ulangan dan akupun tidak memiliki niatan untuk meminta pada
ibuku. Hal ini lah yang diajarkan oleh kedua orang tuaku untuk selalu jujur dan
harus yakin akan kemampuan diri sendiri. Saat masih sekolah aku selalu
dibanding-bandingkan dengan kakakku. Kebetulan aku dan kakakku bersekolah
disekolah yang sama di SMPN 1 Pontang, sehingga tidak hanya kedua orang tuaku
yang membanding-bandingkan aku dengan kakakku tetapi guru-gurupun melakukan hal
yang sama. Kakakku memang dikenal pandai dan sering meraih peringkat umum
pertama, sedangkan aku hanya bisa meraih peringkat pertama dikelas. Jujur
awalnya aku merasa kesal dan marah ketika harus dibanding-bandingkan dengan
kakakku dan menurutku kemampuan seseorang tidak sama. Akan tetapi akibat
perlakuan kedua orang tuaku yang membandingkan aku dengan kakakku timbul
keinginan kuat dalam diriku untuk berusaha menjadi peringkat umum seperti
kakakku, dan alhasil aku bisa meraih peringkat umum.
Tahun
2007, setelah lulus ujian akhir nasional aku melanjutkan sekolah menegah atas.
Aku bersyukur bisa lolos masuk sekolah favorit di daerahku yakni SMAN 1 Kota
Serang. Sebelumnya kakakku sangat menginginkan untuk masuk ke sekolah tersebut,
namun ia gagal sehingga ketika aku berhasil lolos masuk SMAN 1 Kota Serang
muncul perasaan bangga karena setidaknya bisa mengalahkan kakakku. Sebenarnya
dengan adanya semacam ‘persaingan’ dengan kakakku ketika aku duduk dibangku
sekolah justru memberi dampak positif bagi diriku sendiri yakni membuat aku
bersemangat untuk bisa bahkan melebihi apa yang telah dicapai oleh kakakku.
Menurutku
masa SMA kelas 3 merupakan masa yang lebih sukar ketika menghadapi ujian akhir
nasional dibandingkan masa SMP kelas 3 dulu.
Menurut pengalaman dari orang lain bahwa Ujian Akhir Nasional (UAN)
merupakan momok yang menakutkan, dan aku pun membenarkannya. Hanya kurang lebih
satu minggu ujian menentukan lulus atau tidaknya selama tiga tahun sekolah.
Jujur pada saat itu aku mengalami stress karena meskipun telah belajar dan
latihan soal secara rutin namun tetap saja rasa takut dan khawatir jika tidak
lulus senantiasa ada. Selain fokus untuk menghadapi ujian, banyak universitas
yang mengadakan ujian masuk di saat ujian akhir nasional belum mulai sehingga
pada saat itu fokusku terpecah menjadi dua, belajar untuk persiapan UAN atau
ujian masuk universitas, karena ada perbedaan materi antara UAN dan ujian
masuk. Aku mengikuti beberapa saringan ujian masuk yakni UTUL UGM dan SIMAK UI,
namun keduanya tidak ada yang berhasil. Aku akui jika persiapanku untuk
mengikuti kedua ujian masuk tersebut sangat kurang karena aku lebih memilih
belajar materi UAN dan aku beranggapan bahwa lulus UAN merupakan prioritas
utama, dan lagipula masih ada ujian masuk universitas yang diadakan setelah
UAN. Sebenarnya aku kecewa ketika aku gagal lolos UTUL UGM dan Simak UI, namun
aku harus tetap semangat, belajar semaksimal mungkin untuk persiapaan SNMPTN.
Alhamdulillah
ketika pengumuman aku lulus UAN, dan barulah setelah itu aku benar-benar fokus
persiapan SNMPTN. Beberapa bulan aku belajar untuk persiapan menghadapi SNMPTN,
mulai ikutan bimbingan belajar dan membeli buku persiapan SNMPTN. Namun pada
saat pengumuman SNMPTN aku gagal lolos untuk masuk pendidikan kimia dan
pendidikan biologi di Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung. Saat itu aku
benar-benar merasakan apa itu kegagalan, kekecewaan dan kesedihan, serta rasa
bersalah yang besar kepada kedua orang tuaku. Begitu banyak biaya yang telah
dikeluarkan oleh ayah dan ibu dari mulai biaya pendaftaran ujian masuk yang
lumayan mahal, biaya bimbingan belajar dan biaya pendaftaran SNMPTN. Rasa
bersalah yang mendalam benar-benar membuatku sedih dan merasa telah gagal
membuat bangga kedua orang tuaku, dan aku tidak mau jika harus masuk kuliah
menunggu satu tahun, karena jika bekerja aku bingung mau bekerja apa. Hari-hari
setelah pengumuman SNMPTN merupakan hari-hari terberatku, bingung entah harus
bagaimana, dan bingung apa yang akan aku lakukan setelah ini. Jika aku memilih
kuliah di universitas swasta, kedua orang tuaku tidak akan menyetujuinya karena
biaya mahal, dan universitas swasta didaerahku masih terbilang kurang bagus.
Selang beberapa waktu, ada ujian masuk universitas negeri setelah SNMPTN yakni
UNY dan UNJ. Kedua orang tuaku menginginkan aku untuk mencoba kembali mengikuti
ujian masuk tersebut, awalnya aku ragu karena semenjak SNMPTN usai, aku sama
sekali tidak belajar dan waktu untuk persiapan ujian masuk tersebut sangat
sedikit dan aku lupa materi-materi pelajaran. Namun atas dorongan dari keluarga
dan dari diriku sendiri akhirnya aku bersemangat kembali untuk mengikuti ujian
masuk, dan aku memilih untuk mengikuti ujian masuk UNY. Entah mengapa rasa
kepercayaan diri dan semangat muncul kembali, sehingga membuat aku yakin bahwa
aku mampu dan bisa mengerjakan ujian masuk. Namun tetap saja perasaan tidak
percaya diri timbul ketika aku usai mengikuti ujian masuk UNY karena hanya ada
waktu seminggu bagiku untuk mempersiapkannya, dan aku merasa persiapanku amat
sangat kurang dan berpelulang untuk lolos ujian pun sangat kecil.
Saat-saat
menanti pengumuman ujian masuk UNY merupakan sesuatu hal yang membuatku stress,
takut tidak lolos lagi selalu menghantuiku namun keluargaku memberikan dorongan
semangat agar aku semangat dan optimis serta menyuruhku untuk menyerahkan
semuanya kepada Allah. Karena itulah aku bersemangat kembali dan juga berserah
diri kepada-Nya atas usaha yang telah aku lakukan.
Alhamdulillah
akhirnya aku diterima sebagai salah satu mahasiswi Universitas Negeri
Yogyakarta jurusan pendidikan kimia internasional. Tak menyangka rasanya jika
aku lolos ujian masuk karena persiapanku amat sangat kurang. Saat ini aku
berharap agar bisa seperti kakakku yang mampu menjadi mahasiswa yang
berprestasi, aktif berorganisasi serta bisa lulus menjadi sarjana tepat waktu
dan ingin membuat keluargaku bangga atas apa yang dapat aku capai dan atas
hasil yang akan aku peroleh kelak.
Terkadang
dalam kehidupan kita perlu memiliki seorang untuk menjadi inspirator akan suatu
hal, yang bisa memancing keinginan dalam diri sendiri untuk dapat melakukan hal
yang sama bahkan lebih baik dibandingkan inspirator kita, itulah yang aku
lakukan dengan menjadikan kakakku sebagai salah satu inspirator dalam hidupku.
Ada satu hal yang perlu kita sadari bahwa kehidupan memang dipenuhi masalah
karena memang pada hakikatnya hidup lebih bermakna dan berwarna dengan adanya
masalah, dan justru dengan adanya masalah dapat menjadikan diri kita menjadi
dewasa, optimis, semangat, dan pantang mundur menghadapinya, serta dengan
adanya masalah membuat kita menjadi dekat dengan Allah SWT.
BY: IMAS
0 komentar:
Posting Komentar