Bersama Sahabat



Ini adalah sebuah cerita tentang aku dan teman-temanku ketika aku masih SMA dulu. Tepatnya ketika aku mengikuti kegiatan diklatsar Glacial. Sebelumnya aku akan memperkenalkan Glacial terlebih dahulu. Glacial merupakan kependekan dari Gladiool Pencinta Alam adalah sebuah sub-organisasi di SMA-ku. Sesuai dengan namanya,  Glacial bergerak di bidang pencinta alam. Kegiatan diklatsar atau pendidikan latihan dasar adalah kegiatan yang berisi ujian dari semua materi yang telah disampaikan pada saat kegiatan ekskul. Materi yang disampaikan adalah navigasi, montaineering, survival, dan P3K. Kegiatan ini juga memupuk rasa kebersamaan, kerja sama, tanggung jawab, dan saling menjaga satu sama lainya.
Setelah melalui beberapa minggu kegiatan ekskul dan pradiklatsar seminggu sebelum diklatsar, aku menjalani kegiatan diklatsar. Masih teringat jelas dalam benakku, kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 26-28 Maret 2008. Awalnya aku sangat kaget sekali karena yang datang hanya lima anak, padahal ketika kegiatan ekskul yang datang lebih banyak. Selain aku, yang datang adalah Wahyu Nur Rohman (Unear), Arbyanto Baehaqqi Sohan (Arby), Dinda Anastasia (Dinda), dan Nurul Pratiwiningrum (Nurul). Akhirnya panitia memutuskan tetap berangkat walaupun hanya lima orang peserta. Perjalanan dimulai dari sekolah sekitar jam 8 menuju gunung Kunci menggunakan truk.
Dalam perjalanan kami mengira kami akan bertamasya karena dalam perjalanan kami selalu bercanda dan tertawa bersama. Aku masih ingat kala itu kami sering sekali tertawa gara-gara kata-kata “tong-bes-tung-sar”. Kala itu sedang ada iklan di TV tentang pupuk jagung sehingga jika kami melihat tanaman jagung maka kami mengatakan kata-kata itu. Selain bercanda kami juga mendengarkan musik dengan HP milik Unear. Setelah menempuh perjanan kurang lebih satu setengah jam kami diturunkan di tengah jalan.

Sesudah kami turun keadaan berubah total. Dari yang tadinya kita dapat tertawa menjadi serius. Kami dibariskan di pinggir jalan oleh Sie-Dis. Kemudian Sie-Dis menggeledah tas dan barang bawaan kami. Semua barang bawaan yang tidak berkaitan dengan diklatsar tidak boleh dibawa dan diamankan oleh Sie-Dis. Setelah penggeledahan kamipun dijelaskan mengenai aturan-aturan dalam diklatsar. Banyak sekali aturan yang disebutkan sehingga membuat kami bingung. Salah satu aturannya adalah kami diharuskan menggunakan bahasa Indonesia. Ini membuat percakapan kami menjadi aneh karena tidak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia.
Setelah menjelaskan aturan-aturan tersebut, Sie-Dis menunjukku menjadi pinsis atau pimpinan siswa. Pinsis adalah yang menkoordinir semua anggota kelempok. Kerena hanya ada lima orang, maka hanya terdapat satu kelompok. Pinsis juga satu-satunya anak yang dapat berkomunikasi langsung dengan Sie-Dis. Kemudian acara diklatsar dimulai dengan diawali uji materi navigasi pemetaan. Kami dideri selembar peta dan dua buah kompas bidik untuk mencari tempat istirahat dan lokasi camp. Setelah mencatat koordinat kedua tempat itu dari Sie-Dis kami memulai prosedur navigasi. Masi ada dalam catatanku, koordinat tempat istirahat adalah 7026’57” LS, 11003’33” BT dan koordinat lokasi camp adalah 7027’14” LS, 11003’43”BT. Aku yang paling menguasai materi ini langsung mulai menghitung dibantu yang lainnya.
Dengan perhitungan yang cepat kami dapat menemukan kedua tempat itu di peta. Kami mendapatkan tempat istirahat ada di dekat sebuah sekolah dan pasar sedangkan untuk lokasi camp kami masih agak bingung karena terdapat di tengah hutan dan tidak ada tanda medan yang menonjol di sekitarnya kecuali hutan itu. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan ke tempat istirahat dan memikirkan lokasi camp belakangan. Waktu uji materi ini 1 jam dimulai sejak kami mulai menghitung koordinat. Ini adalah awal mula dari ajang kerjasama kami.
 Sekitar setengah jam kami berjalan, kami menemukan tempat istirahat itu dan ternyata benar itulah tempatnya. Kamipun bersorak gembira. Kami diberi waktu 15 menit untuk istirahat oleh panitia. Dan ketika istirahat itu Unear dan Arby melihat ada sebuah tenda terpal di ketinggian. Setelah kami mencocokkan arahnya dengan di peta ternyata arahnya sama. Dengan setengah yakin kami melangkah ke tempat itu melalui jalan setapak.
Setelah melewati ladang penduduk dan jalan mendaki kamipun tiba di tempat tenda itu. Dan benar sekali, itu adalah lokasi camp kami. Tanpa memberi waktu untuk kami beristirahat, panitia menyuruh kami untuk uji materi survival membuat bivouac. Bivouac adalah semacam tenda untuk individu yang dibangun dari selembar mantel yang diikatkan pada pohon dan kemudian dipasak. Momen survival kali ini sangat pas karena cuaca waktu itu tiba-tiba mendung. Pembuatan bivouac harus cepat karena bivouac biasanya hanya digunakan ketika saat genting seperti badai. Waktu yang diberikan oleh panitia adalah 30 menit sudah termasuk pembuatan parit di sekitarnya.
Setelah 30 menit berlalu tak ada satupun dari kami yang dapat menyelesaikannya. Kala itu kami bekerja individalis karena mungkin kami masih baru saja mengawali diklatsar ini. Kemudian kami dibariskan dan dievaluasi kesalahan kami. Sie-Dis menyebutkan semua kesalahan kami termasuk kegagalan dalam membuat bivouac. Semua kesalahan dijumlahkan dan kemudian dibagi lima agar semua anak mendapat porsi hukuman yang sama. Hukumannya adalah setiap kesalahan dibayar dengan satu set push-up dengan 15 kali push-up tiap set. Untuk yang cowok sih biasa-biasa aja, tapi untuk Dinda dan Nurul agak kesusahan mereka. Dan akhirnya aku, Arby, dan Unear memutuskan untuk membayarkan sisa hukuman mereka.
Setelah evaluasi itu kami disuruh membtulkan bivouac yang belum jadi. Pada saat ini kami mulai bekerja sama, yang sudah selesai membantu yang belum selesai. Sekitar setengah jam kemudian kamipun dapat menyelesaikan bivouac dan kami diberi waktu untuk memasak hingga jam 7 malam. Ketika kami memasak kami kebingungan air mana yang akan digunakan untuk memasak karena hanya terdapat air untuk minum. Akhirnya aku dan Arby memutuskan untuk mencari sumber air. Dan kegiatan ini kami lakukan setiap pagi dan sore bergantian antara aku, Arby, dan Unear. Tempat untuk mengambil air lumayan jauh. Kami harus menuruni bukit, mendaki dan menuruni bukit lain untuk menemukan sungai.
Selepas mengambil air kami mulai memasak. Yang kami masak hanyalah tiga mie instant untuk lima orang. Ini adalah siasat untuk menghemat logistic yang hanya ada sedikit. Kemudian setelah makan kami disuruh berkumpul di tenda panitia untuk mengikuti acara forum alumni. Acara ini seperti malam keakraban. Ketika kami masuk tenda, di dalam sudah ada beberapa alumni. Kami bercerita-cerita di dalam untuk menghilangkan ketegangan. Saat sedang bercerita tiba-tiba di luar hujan cukup deras sehingga Pembina memutuskan untuk mempersilahkan kami tidur di tenda panitia. Mungkin dalam hati kami masing-masing kami bergembira karena tidur di tenda akan lebih nyaman.
Keesokan harinya kami dibangunkan sekitar jam 5 kemudian kami melakukan senam pagi. Seusai senam aku dan Arby kembali mengambil air di sungai. Kali ini aku berinisiatif untuk mandi agar badan lebih segar dan bersih tentunya. Sekembalinya dari mengambil air kami langsung memasak. Seperti kemarin dan selanjutnya, kami hanya memasak tiga mie instant dan makan biscuit. Ketika kami makan, kami mendapat perintah dari panitia untuk flying camp. Flying camp adalah berpindah lokasi camp. Tempat yang baru adalah di lembah. Untukku ini cukup menguntungkan karena lebih dekat dengan sumber air. Setelah makan kami mengemasi semua barang kami dan berpindah.
Sesampai di tempat tujuan kami langsung disuruh membangun semuanya lagi, termasuk bivouac. Setelah semuanya beres, acara uji materi dilanjutkan kembali. Yang bikin mangkel adalah tempat uji materinya dekat dengan lokasi camp kami yang lama dan kami harus bolak-balik. Uji materi yang pertama adalah pengamatan area vegetasi. Untuk masalah ini aku masih yang paling menguasai. Jadi semuanya di bawah komandoku. Dalam uji materi ini kami harus membuat persegi 20x20 meter menggunakan tali rafia dengan bantuan kompas bidik. Karena aku mempunyai mata minus jadi untuk membidik aku serahkan pada Unear dan Arby. Aku, Dinda, dan Nurul menjadi tiang di sudut persegi.
Setelah persegi jadi, kami menggambar titik persebaran vegetasi di dalamnya dan menghitung ini itu sesuai prosedur uji materi ini. Kami sama-sama menghitung agar cepat selesai dan ternyata semua jawaban kami benar. Kami merasa senang sekali karena kerja sama kami hasilnya bagus. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan uji materi navigasi. Tempatnya lebih tinggi daripada tempat uji materi sebelumnya. Dalam uji materi ini kami diberi dua buah kompas bidik untuk menentukan sasaran yang benar. Kami harus mencari pohon mana yang sesuai dengan koordinat dalam soal dalam satu baris pohon yang terdiri dari tiga baris pohon. Kami diberi lima koordinat yang saling berkesinambungan untuk membidik lima baris pohon.
Ketika uji materi belum dimulai, tiba-tiba kabut turun. Dalam uji materi ini aku hanyamengarahkan teman-teman karena mempunyai kerusakan mata. Semakin lama kabut semakin tebal dan ketika pohon terakhir terselesaikan hujan turun. Kami diberi satu lembar matras oleh panitia untuk berteduh dan harus cukup. Saat berteduh, kami sekalian mengisi perut dengan memakan biscuit yang kami bawa. Hanya ada satu bungkus biscuit dan sebotol minuman untuk kami berlima.
Setelah hujan reda kami dievaluasi uji materi navigasi kami. Dari lima pohon sasaran ternyata hanya ada tiga yang benar. Kesalahan ini membuat kami harus melakukan push-up lagi. Setelah semuanya selesai kami kembali ke lokasi camp untuk melanjutkan uji materi. Sesampainya di lokasi camp kami beristirahat dan memasak makanan. Ketika kami sedang makan panitia sudah meminta kami untuk berkumpul. Kami bergegas menghabiskan makanan dan berkumpul di aula yang terbuat dari terpal. Di sini akan diadakan uji materi mountaineering dan P3K. Dalam uji materi ini kami dinilai secara individu. Untuk mountaineering Arby adalah yang terbaik sedangkan untuk P3K Nurul menjadi yang terbaik.
Sama seperti uji materi yang lainnya, dalam kedua uji materi ini juga ada hukuman bagi yang tidak mampu menyelesaikannya. Walaupun ujiannya individu tetapi hukuman tetap dibagi rata. Sesudah menjalani semua itu kami diberi waktu istirahat hingga jam 7 malam. Waktu yang lumayan lama itu selain kami gunakan untuk makan, kami juga menggunakannya untuk tidur sebentar. Acara pada jam 7 malam adalah forum pembina yaitu cerita-cerita yang dipimpin oleh pembina. Seperti malam yang lalu, hujan turun ketika forum berlangsung sehingga pembina mengizinkan kami untuk tidur di tenda panitia lagi. Malam ini pembina  memberikan waktu tiduryang lebih awal karena pada tengah malam kami akan dibangunkan untuk wawancara.
Di tengah malam yang dingin kami di bangunkan dan di wawancarai oleh alumni. Kami ditempatkan di tempat yang berbeda. Kala itu aku di wawancarai oleh mas Tomblok, mbak Eni, dan mas Mbucrut. Orang-orang ini adalah orang-orang yang berpengaruh di angkatannya masing-masing. Setelah aku menjadi ketua Glacial aku baru tahu bahwa setiap anak yang diprediksi menjadi ketua Glacial akan diwawancarai oleh mantan ketua Glacial. Untungnya aku karena ketua Glacial angkatan terdahulu yang datang hanya mas Tomblok.
Ketika pagi hari tiba aku merasa senang sekali karena hari ini adalah hari terakhir. Dan ternyata pagi ini juga tidak ada uji materi. Setelah kami senam pagi, kami di ajak berkeliling hutan untuk pengamatan alam bebas dipandu oleh mas Asat. Kami dikenalkan dengan beberapa jenis burung yang terdapat di sana. Setelah kegiatan ini selesai kami kembali ke camp dan makan besar. Baru kali itu kami makan nasi yang dibuatkan oleh panitia. Kami mengira ini adalah akhir dari diklatsar karena setelah makan semua peserta dan panitia merapikan semuanya alias packing. Akan tetapi kenyataannya bukan begitu.
Setelah kami dibariskan, kami langsung berjalan pulang. Kami kaget sekali saat melewati pinggir sungai kecil karena banyak alumni yang menanti di sana. Kami diberhentikan dan dibariskan kemudian ditanyai pertanyaan yang aneh-aneh oleh alumni. Aku lupa pertanyaan apa saja itu. Yang aku ingat adalah ketika Nurul menjawab dia malah ditarik oleh alumni dan dibawa pergi. Kini kami tinggal berempat dan alumni memutuskan untuk melantik kami berempat. Dengan tegas kami menolak karena kami merasa tidak adil setelah kita berlima bekerja sama dengan keras tetapi hanya empat orang yang dilantik.
Kemudian kami berempat dipisah dan diwawancarai lagi. Aku lupa alumni tanya apa saja kepadaku. Yang masih teringat jelas adalah ketika aku diwawancarai aku melihat Unear disuruh push-up di sungai kecil. Aku langsung lari menghampirinya dan berkata padanya agar jangan diteruskan. Akan tetapi dia tetap bersikeras untuk tetap melakukannya demi Nurul sehingga aku memanggil semua teman yang lain untuk bersama push-up di sungai kecil. Dengan sisa tenaga kami, kami melakukannya. Rasanya semakin berat ketika air mulai meresap di pakaian kami. Tiba-tiba alumni menyuruh kami naik dan membariskan kami. Kami kaget bercampur bingung karena alumni dan panitia bertepuk tangan seiring dikembalikannya Nurul pada kami. Kamipun bersorak gembira bersama-sama dan mengucapkan janji Glacial sekeras-kerasnya. Tiga hari itu tidak akan ada hasilnya kalau tidak ada kerjasama yang baik, saling mengerti, dan saling menjaga di antara kami.


BY :DUTA

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Blog Ini

Blog sederhana yang berisi kisah yang semoga bisa menginspirasi dan memberi manfaat bagi kita semua. Sebagian besar cerita yang telah saya posting merupakan kisah nyata yang sebenarnya juga telah di buat buku.

Bagi para pengunjung, jangan lupa untuk memberi komentar maupun tanggapan dari kisah yang ada di blog ini. Oh ya, pengunjung juga dapat mengirimkan cerita melalui email saya yang dapat diakses di tombol "Kirim Ceritamu di Sini", agar beban maupun kegalauan bisa berkurang. hehe

Terimakasih