Buka Mata Hati Telinga


Setiap orang pasti punya sisi kehidupan  yang berbeda dengan diri kita, jika kita ingin belajar pada orang lain  dan mau mengerti , pastilah kita bisa menjadi sosok yang lebih baik. Hal itu aku temukan dari sebuah perkenalan yang menjadi sebuah persahabatan, dan menjadi persaudaraan yang erat. Ya, kisah ini memberi arti yang mendalam bagi diriku tentang makna hidup. Masalah begitu sering muncul dalam kehidupan ini, kompleks dan pelik! Setiap hari adalah sebuah misteri, misteri kebahagian atau misteri kesedihan yang Tuhan sudah gariskan untuk kita.  Apakah itu sulit atau mudah tergantung bagaimana diri kita menyikapinya. Terkadang kita gampang menyerah, putus asa, harapan seakan hilang, dan itu tetap akan kita rasakan selama kita tidak sadar bahwa there something that must we do, ya kan? bagaimana kita menentukan titik mula kita menyikapi hidup yang sulit ini salah satu adalah belajar dari orang lain, sisi hidup orang lain, lewat sepenggal kisah ini aku belajar sesuatu.
2005, awal perkenalan dengan sosok Lulik Ahmad Azhar, bocah yang menarik, dia pinter, sholeh, humoris, jahil nya sama dengan diriku, rajin buat kegaduhan di kelas, itulah kami!!
2006, peristiwa besar, Gempa Jogja 27 Mei. Ibunda Lulik wafat, depresi kehilangan seorang ibu membuat Lulik berubah mejadi sosok yang tak lagi periang, humor penuh canda, pastilah sedih kalut jika kita kehilangan seorang ibu,yang melahirkan kita, yang membesarkan kita,  yang setiap malam mendoakan kita, sampai kita bisa berdiri, ngomong dan kadang-kadang/sering nakal sama beliau. Alhamdulillah bapakibu ku selamat  tanpa cacat, aku bersyukur sekali 2 sosok ini masih bisa aku temui dan sayangi. Sosok Lulik berubah menjadi anak yang tak karuan, bandel, males. Prestasi akademik di kelas menurun drastis, setiap hari pulang malam.
Aku terus support dia tuk kuat, aku katakan IBUMU PASTI MASUK SYURGA!! 
Dari situ diri ini belajar sesuatu, tidak terbayang  jika posisiku disana , KEHILANGAN adalah hal menakutkan, apalagi diriku saat itu masih sesosok anak yang manja, apa-apa minta bapakibu, dan ngeyel juga sering. Aku perbaiki diriku, religi adalah aspek yang konsen aku rubah,  menggiatkan ibadah, ngaji, puasa dan tentunya bhaktiku pada orangtua. Aku tak ingin mereka mendapati diriku menjadi anak yang tak berbhakti, bandel, tak mandiri. Kutekan diriku tuk “POKOKE BERUBAH!!!
2007, tahun terakhir smp. Lulik yang tak periang sudah kembali menjadi sosok yang sama dengan dengan sosok yang pertama aku kenal. Ujian akhir menjadi pembuktian sosok dirinya untuk menjadi  pribadi yang kuat. Perjalanan kelas tiga luar biasa, cemerlang, Lulik menjadi bocah yang pinter, rajin, dan banyak orang kagum. Sementara diriku masih lemah jika dibandingkan Lulik, makanya aku coba terus memperbaikinya, aku serius belajar. Aku tanya pada Lulik tentang sma mana dia ingin masuk. Jawaban yang tak aku duga muncul. Dia ingin masuk smk, dia siap untuk masuk kerja, dia gambarkan secara rinci visi yang akan ia berbuat, mengagumkan! Dia percaya diri bahwa dirinya bisa. Kembali ke diriku, “Ayo Mail jangan kalah!”, aku tak menyangka bahwa Lulik telah menjadi sosok yang lebih kuat dari ku, dan aku tak mau kalah.
Akhir ujian kami alhamdulillah sukses, kami akhiri smp dengan bangga, kami bisa menempuh capaian prestasi yang bisa kami banggakan tuk orang tua kami. SALUT TUK KAMI !!! 
Sedihnya  adah semua akan berpisah, segala kenangan, riuh canda, jahil ,musuh akan sulit terasakan lagi. Termasuk diriku dengan Lulik, dia sukses masuk smk favorit , sedangkan aku di sma. Kami selalu berdoa agar berhasil dan bisa meraih cita-cita kedepannya. Aku selalu memantau keadaan dirinya.
Aku mendapat lingkungan sma yang jauh berbeda dengan smp, teman-teman yang berbeda, mereka spesial bagi ku. Di kelas satu sma aku aku mendapatkan lingkungan yang cukup keras, mendapatkan teman-teman yang boleh dikatakan bandel atau ngeyel, kami juga bukan tergolong anak-anak pinter dan rajin, malah sebaliknya malas dan suka menyepelekan. Gaduh, ricuh, berkelahi, sering kami lakukan, bahkan kepada bapak ibu guru kami sering buat gara-gara, boleh dibilang keterlaluan. Ada ibu guru yang sampai menangis gara-gara tingkah kami, ada yang setiap ketemu selalu marah-marah, dan ada yang tidak mau mengajar kami, memang tidak semua anak bandel, hanya anak lelaki. Sampai-sampai kelas kami sering diomongkan di lingkungan bapak guru, dan juga dipandang kelas buruk. Pokoknya bandelnya keterlaluan.  TIADA AMPUN!!
Justru di lingkungan yang cukup keras ini, kepribadian dan karakterku tumbuh, semua berkembang dari sini. Kepercayaan diri, keberanian, kepedulian/empati, kejujuran, kerjasama, religi, menghargai, persahabatan, semua itu aku gali dari lingMkungan ini. Penyadaran dan pembangunan karakter ini aku anggap positif walaupun kuambil dari lingkungan keras. Pendekatan yang kulakukan adalah komunikasi yang erat, mau mendengarkan dan didengar, apa yang mereka inginkan aku perhatikan, sehingga terjadi kepercayaan di antara kami yang membuat kelas kami menjadi solid walaupun banyak pandangan negatif tentang kelas kami. Aku tidak ingin kelas ini rusak didalam dan diluar, sedikt demi sedikt aku coba tuk merubahnya. Setiap masalah yang ada kami selesaikan bersama-sama dengan pendekatan yang pas. Ada masalah dapat kami selesaikan dengan tenang. Ego dikelas memang sulit dikendalikan karena berhubungan dengan kemauan orang, penyadaran dan dan pengertian menjadi kunci membentuk kerjasama kelas ini.
Aku ingin mencari teman sebanyak mungkin, tak ada teman yang kubedakan, semua sama, bisa mengerti sifat masing-masing dan menjadi sahabat yang ada saat susah atau senang. Kepedulian/empati kepada orang lain dibangun lewat komunikasi yang erat. Mau mendengarkan dan didengarkan. Artinya membuat diri dapat bermanfaat bagi orang lain.
Aku bukan orang yang dominan dalam kelas, setiap keadaan yang terjadi di kelas tidak langsung  kuputuskan jalan permasalahan sendiri, mengambil banyak referensi dan mencari pendekatan yang sesuai.  Tidak dengan emosi/tenang, memerhatikan sekeliling merupakan salah satunya kunci menyelesaikan masalah yang muncul, sebuah wisdom. Kusadari masa sma memang labil, sering kita gegabah, tidak mau diatur, semua masalah sering  diselesaikan dengan emosi. Tapi dalam prosesnya kita sedikitnya harus bisa menilai mana yang baik buat diri kita dan mana yang buruk, melalui penyadaran dan evaluasi diri. Mengatur diri sendiri justru lebih sulit daripada mengatur orang lain.
Penanaman kejujuran lebih aku dapatkan dari orang tuaku, mereka lebih menunjukankanya melalui sikap daripada omongan. Sebagai anak harus peka dan responsif terhadap keadaan sekeliling, termasuk sikap yang dicontohkan bapakibu. Mendapat kelas yang kompetitif  dari kejujurannya di masa smp/lingkungan yang positif menggiatkan penumbuhan watak jujur.
2008, Lulik kehilangan lagi orang yang dicintainya. Ayah Lulik meninggal dunia karena sakit. Sungguh aku tak menyangka bahwa lulik harus kehilangan lagi sosok orang yang dicintainya, seorang ayah.
Aku membisu, Kenapa harus menimpa Lulik ? Tidak cukupkah ia kehilangan ibunya, tanyaku pada Allah dalam doa.  Lulik bukan anak yang bandel, dia shalih tapi kenapa harus  kehilangan kedua orang tuanya. Jalan apa yang engkau berikan kepadanya Ya Allah, secepat itukah?
Kembali merujuk pada diriku, sebuah refleksi hal apa yang sudah aku berikan kepada bapak ibuku. Aku masih anak yang suka ngeyel, aku tidak mau durhaka, aku tidak mau kehilangan ayahibuku sebelum aku bisa memberikan sesuatu yang membahagian, balas budi seorang anak tidak akan cukup mengganti apa yang sudah diberikan orang tua, tapi aku ingin berbhakti, memberikan apa yang terbaik, aku masih membutuhkan bimbingan mereka.
Jika aku sekali lagi di posisi Lulik pastilah aku tidak kuat menanggungnya, aku masih lemah, bukan apa-apa. Aku memperbaiki sifat-sifatku yang masih salah terhadap bapakibuku, di setiap doa ku, aku ingin bisa memberikan sesuatu yang membahagiakan mereka sebelum ajal dan dijaga agar diri ini terjaga dari jalan kedurhakaan. Amin.
Bagaimana dengan Lulik?
Dia masih dapat sekolah, belajar, bercanda, semangat dan bisa bertahan karena ada orang yang menyayanginya. Dia bisa lulus smk, bahkan kuliah. Ada orang yang menaruh kasih sayang kepadanya, ada yang menggantikan sosok ayah ibunya yang telah pergi sekarang.
“Janjiku sudah kupenuhi Wakhid”, kata seorang teman dari ayah Lulik. Sebelum ayah Lulik meninggal, beliau meminta pada salah satu temannya untuk berjanji merawat, menyayangi Lulik sebagai anak. Beliau meminta agar Lulik diangkat anak oleh temannya, jika nanti ajal datang kepadanya. Itulah permintaan ayah Lulik kepada salah satu temannya. Lulik pun tak tahu akan janji yang dibuat ayahnya kepada temannya. Dan janji itu hari ini telah terpenuhi.
Lulik pantas mendapatkan kebahagian itu, sekarang ia tidak akan kesepian, sendiri, ada orang tua yang menyayangi dirinya. Ia tetap pribadi yang ceria, penuh canda masih sama seperti dulu, ayah dan ibunya juga sangat perhatian dan menyayanginya. Dia diangkat anak oleh salah satu dosen universitas negeri di Jogja, dari smk sampai kuliah, semua beban pendidikan ditanggung oleh orang tuanaya sekarang. Alhamdulillah hidupnya sekarang lebih baik. Dia sangat bersyukur hal itu.
Tak menyangka, kami berdua bisa ketemu lagi di universitas ini. Setelah sekian lama tidak bertemu dari smk kembali bertemu sebagai mahasiswa UNY, ia tidak tampak berubah masih pribadi yang tak ubah dengan dulu, sederhana. Aku juga mengangkat Lulik sebagai saudarakau, siapa yang jadi kakak atau adik, kita sama-sama tidak mau mengalah, karena aku sedikit lebih tua ya aku jadi Kakak Lulik. Pokoke kami sudah jadi kakakadik betulan. Banyak masalah yang muncul, sering kami diskusikan dan saling membantu sama lain. 
         Dari sepenggal kisah ini aku belajar banyak hal, bagaimana hidup itu benar-benar kompleks dan segala permasalahannya, yang bisa menimpa siapa saja. Segala sesuatu tentang manusia memang rumit dan dari kerumitan itu kita harus belajar sesuatu, menjadi manusia yang lebih baik. Belajarlah dari sekilingmu, lihat, amati, rasakan dan pahami. Setiap permasalahan hidup yang menimpa kita apakah berat, ringan itu semua ada jawabannya. Allah sudah menunjukan banyak petunjuknya, asal mau kita mau peka dan berusaha kita bisa mendapatkan jawaban itu, sebagai syukur dan nikmat.
         Untuk melakukan sesuatu yang besar bagi dirimu maka awalilah dengan membuka, membesarkan hatimu, ikhlas, sabar, terima apa yang sudah diberi sebagai syukur. Manusia memang lemah tapi ia bisa jadi kuat melebihinya dirinya yang tak pernah ia perkiran. Akhlaq, budi, agama itulah membuat manusia lebih kuat. Mari kita bangun hal tersebut, memang tidak akan sempurna tapi pasti Allah menuntun diri kita, misteri bahagia atau sedih hadapilah. 




Andai diriku mati, aku mau meninggalkan nama yang baik
Andai aku mau meninggalkan nama yang baik, aku harus menjadi manusia yang lebih baik. 

By : CDI

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Blog Ini

Blog sederhana yang berisi kisah yang semoga bisa menginspirasi dan memberi manfaat bagi kita semua. Sebagian besar cerita yang telah saya posting merupakan kisah nyata yang sebenarnya juga telah di buat buku.

Bagi para pengunjung, jangan lupa untuk memberi komentar maupun tanggapan dari kisah yang ada di blog ini. Oh ya, pengunjung juga dapat mengirimkan cerita melalui email saya yang dapat diakses di tombol "Kirim Ceritamu di Sini", agar beban maupun kegalauan bisa berkurang. hehe

Terimakasih