Pelajaran Berhargaku



Namaku Rizki Nor Amelia, teman-teman biasa memanggilku Kikik. Aku memiliki lima orang sahabat, dan tiga diantaranya adalah laki-laki, yaitu Muhammad Freeansyah Ponco Sukmajati ( Momo ), Ahmad Isyiroqi Akbar ( John ), dan Hafiz Ridha Pramudita ( Hakz ). Namun aku paling dekat dengan John dan Hakz. Mereka sudah kuanggap seperti kakakku sendiri meskipun diantara kami bertiga, John adalah yang paling muda. Kami bersahabat sejak kelas 2 SMA. Di saat kami menginjak kelas 3 SMA, kami sempat takut apabila tidak lulus Ujian Akhir Nasional ( UAN ). Jujur saja, aku ini paling lemah dalam bidang matematika. Mata pelajaran kesukaanku justru adalah seni rupa. Sejak kecil aku sangat menyukai melukis. Hasil lukisanku juga cukup baik, hal ini dibuktikan dengan lukisanku saat kelas 3 SMA yang di minta oleh sekolah karena akan di pajang di perpustakaan tetapi aku tidak memperbolehkannya karena aku ingin memajang lukisan pertamaku itu di kamarku. Sayangnya, aku belum pernah mengikuti lomba atau event yang berkaitan dengan lukis-melukis tersebut. Namun kedua orang tuaku tidak memperbolehkan aku untuk mengambil jurusan seni rupa saat aku kuliah nanti. Mereka menginginkanku menjadi seorang pendidik. Akhirnya tibalah aku di kelas ini. John yang sangat pandai dalam bidang kimia banyak mengajariku kimia sehingga aku mulai menyukai bidang ini, sedangkan Hakz yang sangat lihai dalam hal IT terutama program-program dalam komputer juga mulai menaruh minat pada kimia karena John.
Tidak terasa UAN hampir tiba, kami bertiga pun menjadi semakin tegang. John dan Hakz sampai pindah lembaga bimbingan belajar untuk bergabung denganku. Kami bertiga mengambil jam malam ( 18.30-20.00 WIB ) dan berangkat les bersama-sama setiap hari.  Ketegangan kami sampai pada puncaknya saat muncul desas-desus ada calo ( lebih dikenal dengan nama server ) yang menjual jawaban soal UAN seharga Rp 300.000,00 untuk ke enam bidang studi ( Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Kimia, Fisika, dan Biologi ).  Aku sangat kaget saat aku bertanya kepada beberapa teman les ku yang tentu saja  tidak satu sekolahan denganku, mereka mengatakan bahwa mereka juga ikut membeli kunci jawaban soal UAN itu namun dengan harga yang lebih murah karena menurut mereka server tiap sekolah pasti berbeda sehingga harganya pun berbeda pula. Aku tidak pernah tahu kalau UAN SMA itu juga menakutkan bagi kebanyakan orang, bahkan mereka sampai berani melakukan perbuatan ilegal seperti itu. Jujur saja, aku pribadi juga takut, tetapi aku berusaha untuk meyakinkan diriku agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang pastinya merugikan diriku dan membuat kedua orang tuaku nantinya kecewa padaku. Berkali-kali aku ditawari untuk ikut membeli kunci jawaban UAN dari server  itu tetapi aku bersikeras menolaknya.

Malapetaka pun datang karena bodohnya aku sempat mempertimbangkan tawaran yang datang dari Bestoro ( Betot ) untuk ikut mengerjakan soal UAN di rumah Vita ( salah satu sahabat perempuanku ) pada malam hari sebelum UAN. Betot adalah salah satu siswa yang sangat tajir di kelasku, tidak heran apabila dia berani menanggung hampir 90% biaya pembelian soal UAN itu, sedangkan sisanya dibebankan kepada teman-teman yang ingin bergabung dengannya. Vita yang saat itu sedang dekat dengan Betot banyak bercerita kepadaku. Dia berkata bahwa server yang  akan digunakan Betot berbeda dengan server yang akan digunakan oleh Astrid ( anak IPS sebagai perantara calo yang Rp 300.000,00 tadi) dan aku ditawarinya secara gratis. Hanya saja, tidak semua anak di kelasku diajak bergabung dengan Betot meskipun dia mengatakan bahwa soal ini khusus untuk anak-anak kelas XII IPA 3. Aku bingung dan menceritakan hal ini pada John dan Hakz, ternyata John dan Hakz juga ditawari hal yang sama. Kami bertiga akhirnya sepakat untuk membicarakan hal ini dengan kedua orang tua kami masing-masing.  Dengan segala pertimbangan yang ada, orang tuaku memperbolehkanku untuk bergabung dengan Betot dan Vita. Aku kaget mendengar keputusan kedua orang tuaku itu. Satu hal yang sampai saat ini masih kuingat adalah nasihat ibuku yang berbunyi sebagai berikut “ Kowe entuk melu-melu Vita, tapi inget, nek kui ngko mek ngapusi, kowe ra entuk gela. Lan kanggo jaga-jaga, kowe kudu tetep sinau dhewe “. Vita dan Betot sangat senang karena aku bergabung dengan mereka. Bahkan John dan Hakz pun juga ikut serta. Akhirnya  selama satu bulan, aku, John, Hakz, Vita, Momo, Betot, Arif, Aswin, Mahendra ( Mahe ), Dwito, Adi, Irfan, dan Okik selalu bersama-sama.
Pada malam yang sudah ditentukan, tepat setelah sholat Isya aku segera melaju ke rumah Vita. Sesampainya disana, tak lama kemudian Mahe, Arif, Aswin, Adi, Hakz, dan Okik pun datang. Dwito juga datang dengan mobil dan membawa printer copy sekaligus scanner untuk menggandakan soal UAN. Akan tetapi, rupanya John dan Momo tidak jadi datang karena kedua orang tuanya berubah pikiran sedangkan Betot dan Irfan sedang menunggu server di tempat yang sudah mereka tentukan. Aku pribadi sangat cemas kalau ini hanyalah tipuan dari oknum yang tidak bertanggung jawab tetapi aku juga merasa geli dengan kejadian ini. Aku tidak menyangka bahwa aku ikut melakukan hal ini. Untuk menunggu kedatangan Betot dan Irfan, kami belajar biologi bersama hingga pukul 21.30 WIB. Arif berusaha menghubungi Betot dan Irfan untuk menanyakan apakah soal itu sudah datang atau belum. Namun Betot menjawab belum. Nah, saat itulah hatiku merasa janggal. Entah kenapa Aku yakin bahwa server itu telah berbohong. Aku juga sudah di telepon berkali-kali oleh kedua orangtuaku. Aku pun berinisiatif untuk segera pulang tetapi teman-teman tidak memperbolehkanku. Akhirnya Arif menelpon kedua orang tuaku untuk meminta izin bahwa aku akan pulang jika sudah selesai dan dia yang akan mengantarkanku pulang. Sekarang sudah pukul 22.30 WIB, kami pun segera berpamitan untuk pulang karena sudah merasa tidak enak dengan kedua orang tua Vita. Vita berpesan kepadaku untuk selalu mengabarinya. Akan tetapi, kenyataannya kami tidak benar-benar pulang. Aku berboncengan dengan Arif, Mahe, Aswin, dan Okik dengan motor mereka sendiri-sendiri, sedangkan Adi dan Hakz, menebeng di mobil Dwito segera bergegas menyusul Betot dan Irfan untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi karena tiba-tiba ponsel Betot sulit sekali dihubungi.
Namun, sebelum menemui Betot, kami mampir ke rumah Diah terlebih dahulu. Kata Mahe, di rumah Diah sudah ada tentor biologi GO mereka yang bersedia membantu untuk menyelesaikan soal UAN. Sesampainya di rumah Diah, aku kaget karena ternyata apa yang Mahe katakan tersebut benar. Aku tidak menyangka bahwa teman-temanku ini sudah mempersiapkan dengan matang agar UAN esok dapat berlangsung dengan sukses, ya meskipun dengan cara yang salah seperti ini. Aku pun memperkenalkan diri kepadanya karena aku bukan siswa GO tetapi Beliau malah membalas dengan menyapaku ramah, sayangnya aku lupa siapa namanya. Obrolan kami terhenti karena Arif mengajakku pergi untuk menyusul Betot. Aku berpamitan dengan Bapak tentor itu dan ternyata Beliau juga sekalian mau pulang saja. Beliau menyampaikan tidak perlu sungkan untuk datang ke rumahnya apabila kami membutuhkan bantuan. Kami pun segera berangkat kecuali Aswin dan Mahe karena mereka berdua akan menunggu saja di rumah Diah. Rencananya rumah Diah akan dijadikan markas untuk menggandakan soal. Nah, ketika sampai di daerah Jalan Mangkubumi, kami berhenti sebentar karena Okik akan berpamitan karena sudah ditelepon orang tua mereka masing-masing untuk pulang. Ada beberapa orang yang lewat dan terus menatap kami seolah kami adalah kumpulan remaja jalanan yang sering kelayapan di malam hari. Mungkin mereka juga berpikir bahwa aku bukan perempuan baik-baik karena aku yang notabene berjilbab berada di tengah-tengah sekumpulan lelaki ini. Aku tidak mau ambil pusing karena aku sendiri sudah mulai mengantuk. Setelah Okik pulang, tinggallah kami berlima melanjutkan perjalanan menyusul Betot dan Irfan. Saat itu sudah  hampir pukul 00.00 WIB. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya karena aku tertidur dalam perjalanan.
Sesampainya di tempat yang dituju, aku pun dibangunkan oleh Arif. Sebenarnya aku tidak tahu persis lokasi tersebut di daerah mana, yang aku tahu daerahnya agak terpencil dan banyak pohon-pohon besar yang mengerikan tetapi memang ada beberapa remaja yang bersliweran seperti orang kebingungan. Arif berkata kepadaku bahwa mereka itu juga sedang menjemput soal UAN seperti kami. Aku hanya bisa ber-oh-oh ria mendengar beberapa penjelasannya. Maklum saja, waktu itu sudah hampir pukul satu dini hari dan aku benar-benar sudah mengantuk ditambah lagi ponselku lowbat, otomatis aku tidak dapat mengabari orang tuaku dan juga Vita. Karena aku terus-menerus menguap, Hakz menyuruhku tidur saja di dalam mobil, dia juga berkata bahwa urusan ini biar menjadi urusan antara mereka ( Hakz, Adi, Dwito, Arif, Betot, dan Irfan) saja. Meskipun aku tertidur tetapi aku merasa mendengar apa yang mereka bicarakan. Sepengetahuanku, tak lama kemudian Betot dan Irfan datang. Mereka menyampaikan kabar bahwa server yang mereka tunggu dari sehabis Isya hingga pukul satu dini hari ini belum juga datang. Akhirnya diputuskan bahwa Hakz akan menemani Betot dan Irfan dengan membawa printer copy sekaligus scanner milik Dwito untuk menggandakan soal UAN jika servernya sudah datang. Karena Arif sudah berkali-kali ditelepon ayahnya, maka Arif pun harus pulang. Sebelum pulang, dia membangunkanku untuk berpamitan dan berkali-kali meminta maaf serta memintaku menelponnya ketika aku sudah sampai di rumah nanti. Aku hanya menjawab “ya” sambil menganggukkan kepala. Hakz juga sekalian berpamitan dan berkata kepadaku akan segera kerumahku jika soal sudah digandakan. Sekali lagi aku hanya menjawab “ya” sambil menganggukkan kepala. Karena perkataan Hakz itu entah mengapa rasanya rasa kantukku menghilang. Kami pun berpisah disini dan aku segera diantarkan pulang oleh Dwito dan Adi.
Sesampainya dirumah, tepatnya pukul dua dini hari, ternyata kedua orang tua dan adikku belum tidur. Mereka rupanya menghawatirkanku dan aku pun menceritakan semua hal yang baru saja terjadi pada mereka. Mereka semua tersenyum sekaligus prihatin. Aku tahu seharusnya aku tidak ikut melakukan hal ini. Aku lantas disuruh Ibu untuk minum antalgin ( sejenis obat sakit kepala ) dan langsung tidur saja. Aku menurut dan mencoba memejamkan mata tetapi aku tidak bisa. Aku ingat bahwa ponselku tadi lowbat jadi aku memutuskan untuk mengechargenya, kalau-kalau Hakz menghubungiku. Aku bahkan tidak menelpon ataupun mengabari Vita dan Arif karena kepalaku sudah cukup pusing. Aku pun memutuskan untuk sholat tahajud. Selesainya mencurahkan semua isi hatiku kepada-Nya, hatiku terasa ringan seolah-olah semua beban beratku sudah terangkat. Aku segera berpikir positif dan beranjak tidur. Sebenarnya aku pribadi merasa malu, sepertinya aku dekat dengan Allah SWT saat aku membutuhkan keajaiban dari-Nya.
Pagi harinya, setelah aku bangun dari tidur aku langsung mengecek ponselku. Ada banyak sekali sms yang masuk. Salah satunya adalah sms dari Hakz yang dikirmnya pada pukul empat dini hari yang hanya berisi tanda L. Aku segera tahu maksud sms ini. Aku pun membalasnya dengan J dan sekalian mengirimkannya kepada John. Sejak itulah aku tidak berharap apapun dari teman-temanku. Aku yakin bahwa aku dapat melakukannya sendiri. Aku juga mendapat sms dari Vita untuk berkumpul di rumahnya terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah. Aku tidak membalasnya karena aku sudah berjanji tidak mau lagi terlibat dalam hal ini. Aku segera mandi dan bergegas ke sekolah. Sesampainya di sekolah, aku bertemu dengan John, rupanya dia juga tidak mau berkumpul dahulu dengan tean-teman yang lain. Sedari awal kami memang sudah tidak yakin dengan ide gila ini. Tak lama kemudian mereka pun datang ( Vita, Betot, Arif, Hakz, Okik, Momo, Aswin, Irfan, Dwito, dan Adi). Mereka menanyakanku mengapa aku tidak ikut berkumpul degan mereka, aku hanya menjawab sambil cengengesan “ Sori, aku ra reti nek kalian sms”. Momo lalu menghampiriku dan John lalu menyodorkan kertas kecil berisi huruf-huruf abjad A hingga E sebanyak lima puluh buah. Ya, kertas itu adalah kunci jawaban UAN Bahasa Indonesia pada pagi hari ini. Kebetulan kode soalku, Hakz, John, dan Momo adalah sama. Aku dan John iseng menghafalkan lima kunci soal nomor satu hingga nomor lima. Hingga kini pun aku masih hafal : B-C-D-A-B. Bel berbunyi, kami segera masuk kelas, karena posisi duduk diurutkan sesuai dengan abjad dan nomor peserta, maka aku hanya sekelas dengan Dwito dan Adi saja. Pengawas pun datang dan membagikan soalnya kepada kami. Selesai berdoa, aku segera mengerjakan soal tersebut satu persatu. Aku tersenyum karena kunci jawabannya meleset, nomor satu bukan B, nomor dua juga bukan C, dan seterusnya hingga nomor lima. Ternyata dari kelima jawaban itu tidak ada yang tepat. Aku semakin geli. Aku hanya bisa berharap semoga teman-temanku tidak terjerumus oleh kunci jawaban yang menyesatkan itu.
Tak terasa UAN hari pertama telah selesai. Aku tidak bisa mengelak ketika aku diajak mereka untuk berkumpul lagi di warung makan belakang sekolah. Lagipula aku penasaran terhadap apa yang telah terjadi pada Hakz, Betot, dan Irfan tadi malam. Sebelumnya, Betot meminta maaf kepada kami semua atas kejadian malam itu. Dia berjanji  akan menggadaikan surat tanah yang diberikan si server kepadanya sebagai jaminan karena sudah berani menipunya. Aku pribadi juga tidak menyalahkan Betot sepenuhnya karena dalam kasus ini aku juga ikut bersalah. Kemudian Hakz bercerita kepadaku bahwa tadi malam dia sudah melakukan hal yang bodoh. Sebenarnya dia merasa kapok dan tidak mau lagi terlibat masalah ini. Dia juga bercerita bahwa tadi malam Irfan dan Betot menginap di rumahnya jadi dia tidak bisa mengelak ketika di ajak berkumpul di rumah Vita sebelum berangkat sekolah. Karena sudah pukul setengah satu siang, Aku pun berpamitan dan segera pulang untuk persiapan UAN hari berikutnya.
Hari Senin, 26 April 2010. Semua kerja keras kami terbayar lunas saat kami bertiga dinyatakan lulus UAN. Kami sangat senang hingga kami menangis. Mungkin memang terlihat sedikit berlebihan, namun kami benar-benar sangat berbahagia dan bersyukur saat itu. Kami bisa membuktikan bahwa kami mampu lulus dengan jerih payah kami sendiri. Akan tetapi, di tengah kebahagiaan kami, ada tiga orang dikelas kami yang belum dinyatakan lulus. Anehnya, dari ketiga orang itu, dua orang di antaranya ikut membeli kunci jawaban UAN dari server yang direkomendasikan Astrid. Bahkan aku baru saja tahu jika Aswin, Momo, Dwito, Vita, Betot, Mahe, Adi, dan Okik ikut membelinya, kecuali Arif. Selain itu, aku juga baru saja tahu jika surat tanah yang diberikan si server kepada Betot sebagai jaminan ternyata palsu tetapi toh Betot tidak bisa melakukan apa-apa. Aku tahu jika Betot sangat marah dan kecewa. Namun semua itu sudah terlanjur terjadi, ibarat kata nasi telah menjadi bubur. Setelah bertukar informasi tentang nilai UAN teman-teman, kami bertanya-tanya mengapa nilai teman-teman yang membeli kunci jawaban UAN tersebut bisa berbeda-beda, bahkan jarak nilai mereka lumayan jauh?  Kami pun  mencoba menarik sebuah kesimpulan bahwa menurut kami, kunci jawaban soal UAN yang dikirimkan oleh server tersebut  berbeda antara siswa satu dengan siswa lainnya. Sehingga mengakibatkan nilai UAN yang dihasilkan bervariasi dan tidak menimbulkan kecurigaan. Tentu saja hal ini merugikan bagi mereka yang mendapatkan nilai jelek pada salah satu mata pelajaran tertentu meskipun mereka dinyatakan telah lulus. Akan tetapi toh mereka tidak peduli, yang penting mereka telah lulus. Satu hari setelah UAS, kami bertigabelas (tambah Neva dan Nisa) melakukan touring ke Pantai Sundak, Gunung Kidul dengan motor. Kami sengaja berangkat pagi agar tidak membayar tiket masuk saat memasuki kawasan objek wisata. Namun karena hari itu adalah Hari Jumat (hari pendek), maka kami hanya bisa mengunjungi satu pantai saja. Suasana disana sangat menyenangkan karena pantainya masih alami dan tidak banyak sampah. Akan tetapi  sayangnya banyak sesajen sehingga bau menyannya sangat kental.
       Hal yang tidak kalah pentingnya yang harus segera di pikirkan adalah tes masuk perguruan tinggi. Bisa dibilang kini aku telah benar-benar kembali ke jalan yang benar. Dari kami bertiga, John yang pertama di terima di perguruan tinggi. Dia diterima di jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada ( UGM ) melalui jalur Penelusuran Bibit Swadana    ( PBS ). Sebelumnya dia sempat bingung memilih antara Teknik Sipil atau Teknik Kimia, namun karena dia lebih menguasai bidang kimia, Guru BK kami dan teman-teman yang lain menganjurkannya memilih Teknik Kimia saja. Walaupun dia telah diterima, tetapi dia tetap membantu dan mensupport agar kami juga segera mendapatkan kursi di peguruan tinggi. Sedih rasanya, saat aku tidak mendapati namaku tercantum di koran saat pengumuman penerimaan mahasiswa baru UGM jalur ujian tertulis ( utul ), tetapi paling tidak aku telah mencobanya sehingga rasa kekecewaanku sedikit terbendung. Sama halnya dengan Hakz, rupanya dia juga tidak diterima di jurusan yang dia inginkan, yaitu Ilmu Komputer. Akhirnya Hakz memutuskan untuk mendaftar di Amikom dan kemudian diterima disana, dia mendapatkan diskon uang masuk karena nilai-nilainya yang cukup baik. Aku dan John senang sekali dan mendukung Hakz karena kami tahu dia sangat menyukai IT. Jadi, tinggallah aku sendirian yang belum tahu akan melanjutkan studi ku ke perguruan tinggi mana.
       Aku kembali mengikuti bimbingan belajar persiapan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri ( SNMPTN ). Kali ini aku belajar dan berangkat les sendirian, karena John dan Hakz tidak lagi menemaniku. Aku tidak merasa  sedih ataupun merasa kesal dengan keadaan ini, aku justru merasa bahagia karena kedua sahabatku sudah mendapatkan tempat seperti yang mereka inginkan. Semoga mereka dapat meraih apa yang mereka cita-citakan. Amien. Dimulailah petualanganku mencari perguruan tinggi negeri berbekal kemauan bekerja keras dan semangat yang baru. Aku memilih perguruan tinggi negeri karena menurutku kualitas pendidikannya lebih baik dan yang jelas biayanya tidak terlalu mahal. Maklum, ayahku hanya bekerja sebagai seorang penjahit dan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga. Aku juga mempunyai seorang adik yang selisih usianya 3 tahun lebih muda dariku yang pastinya juga masih membutuhkan biaya pendidikan yang tidaklah sedikit. Saat ada pengumuman pendaftaran D3 UGM aku pun segera mendaftar, setelah menunggu pengumuman yang cukup lama aku pun dinyatakan diterima di jurusan Agroindustri. Namun aku tidak mengambilnya karena tidak sesuai dengan minatku. Aku tidak ingin terpaksa kuliah dengan mengambil bidang yang tidak sesuai dengan minatku karena hal itu hanya akan menghabis-habiskan biaya saja. Aku juga mendaftar di UIN Sunan Kalijaga, tetapi aku tidak diterima. Kurasa wajar apabila aku tidak diterima disana karena aku tidak bisa mengerjakan tes Dirasah Islamiyahnya. Tes Dirasah Islamiyah itu kebanyakan berisi tentang sufi-sufi yang hidup semasa kejayaan Islam di Jazirah Arab dan sekitarnya, perang-perang besar, masa-masa kenabian dan kekhalifahan, dan lain-lain. Aku bersekolah di Negeri sejak aku SMP hingga SMA, jadi wajar apabila pengetahuan tentang agamaku tidak cukup banyak.
Aku benar-benar belajar dan berusaha keras agar segera mendapatkan kursi di perguruan tinggi negeri. Bagiku, SNMPTN adalah satu-satunya jalan yang masih tersisa. Aku tidak tahu dan tidak bisa membayangkan seandainya aku tidak diterima di jalur ini. Tes SNMPTN dilaksanakan selama dua hari, hari pertama adalah Tes Potensi Akademik dan Tes Bidang Studi Kemampuan Dasar sedangkan hari kedua adalah Tes Kemampuan IPA. Anehnya, aku tidak merasa tegang karena sepertinya aku sudah mulai terbiasa dengan suasana tes seleksi. Satu bulan berlalu dan Alhamdulillah aku diterima disini. Menurutku klimaks sudah berlalu dan kini telah berakhir happy ending. Namun sayangnya, teman-temanku yang lain ada yang belum beruntung sepertiku. Aku hanya bisa berharap semoga mereka akan segera mendapatkan yang terbaik. Aku juga bersyukur memiliki teman-teman seperti mereka. Bagiku, mereka adalah teman-teman terbaik yang aku punyai. Aku menerima segala kelebihan serta kekurangan mereka masing-masing. Nah, dari sekian banyak kejadian yang telah aku alami tersebut menyebabkanku belajar banyak hal dan pelajaran tentang kejujuranlah yang paling penting. Kata Ibuku mungkin saat aku tidak berhasil mendapatkan soal UAN itu karena Allah memang tidak menghendaki aku berbuat demikian. Aku pun menyadari bahwa aku bukan makhluk yang sempurna. Akan tetapi aku juga tidak mau munafik, aku harus berusaha untuk tidak melakukan ataupun mengulangi setiap kesalahan yang pernah aku lakukan.

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Blog Ini

Blog sederhana yang berisi kisah yang semoga bisa menginspirasi dan memberi manfaat bagi kita semua. Sebagian besar cerita yang telah saya posting merupakan kisah nyata yang sebenarnya juga telah di buat buku.

Bagi para pengunjung, jangan lupa untuk memberi komentar maupun tanggapan dari kisah yang ada di blog ini. Oh ya, pengunjung juga dapat mengirimkan cerita melalui email saya yang dapat diakses di tombol "Kirim Ceritamu di Sini", agar beban maupun kegalauan bisa berkurang. hehe

Terimakasih