Semangat adalah suatu sikap yang timbul dari
dalam diri kita untuk melakukan suatu hal, karena dorongan dari dalam hati yang
berkobar-kobar, dan ingin melakukan sesuatu yang lebih untuk dikonversikan
menjadi tindakan yang nyata.
Ketika ingatan saya tertuju
pada masa kecil, saya merasa bahwa diri saya merupakan pribadi yang sangat
disayang oleh kedua orang tua saya. Terbukti dengan perhatian orang tua saya
untuk senantiasa membimbing dengan sabar, contohnya mengajari saya membaca seperti
a i u e o, ini ibu budi, dan sebaginya yang tidak bisa secara detil saya sebutkan
satu persatu bentuk perhatian dan kasih sayang yang diberikan orang tua saya
saat saya masih kecil, walaupun sampai sekarang kasih sayang dan perhatian
mereka masih sangat terasa, dan akan terus begitu. Namun sebagai pribadi yang
wajar layaknya anak kecil lainnya, yang masih sulit di atur, manja, dan suka
menangis, saya sulit untuk bisa belajar, khususnya membaca.
Ketika kelas satu SD, saya berbeda dengan
anak-anak sebaya saya yang sudah bisa lancar membaca, sehingga pada waktu itu
sebenarnya Ibu saya ragu untuk memasukkan saya ke SD Cibuluh 1 Bogor dengan
alasan takut jika saya kesulitan untuk mengikuti pelajaran, karena SD tersebut
termasuk sekolah favorit di wilayahnya. Kemudian Ayah yang meyakinkan Ibu untuk
tetap memasukkan saya ke SD tersebut. Seiring berjalannya waktu, saya ternyata
bisa membaca dan bisa mengikuti pelajaran dengan baik, walaupun tidak menduduki
peringkat sepuluh besar. Saat itu, rasa semangat saya mulai timbul untuk
menjadi lebih pintar lagi.
Pada setiap pengambilan
raport atau setiap kenaikan kelas saya selalu di nasehati Ibu untuk rajin
belajar dan memperhatikan pelajaran agar nilai saya bagus dan dapat meraih
rangking karena pada saat itu saya hanya bisa menduduki lebih dari 20 besar. Karena
hal tersebut orang tua saya berinisiatif untuk memasukkan saya ke dalam berbagai
lembaga bimbingan belajar. Mulai dari sanalah saya dipaksa untuk selalu
dituntut belajar, dengan tuntutan yang tentunya tak bisa saya hindari tersebut,
maka saya dengan sendirinya mulai terbiasa untuk rutin belajar. Selain itu didasari
oleh rasa kasihan saya yang tumbuh karena orangtua saya bekerja dengan keras
untuk menyekolahkan dan meningkatkan kemampuan akademik saya di berbagai
lembaga bimbingan belajar. Apalagi saat itu saya tinggal di kota Bogor hanya
dengan Ibu, sedangkan Ayah saya berada di kota Yogyakarta bersama Adik karena
beliau memang bekerja di Yogya. Jadi, hanya Ibu seorang diri yang ada di dekat
saya waktu itu.
Tak henti-hentinya siang, sore, malam saya
belajar, tetapi saya melakukannya dengan senang hati dan semangat, karena
memiliki tujuan yang jelas tertanam di benak saya agar menjadi buah hati yang
pintar bagi kedua orang tua saya. Hasil dari jerih payah saya tidak langsung
terlihat. Bahkan sempat membuat saya putus asa. Pada awalnya walaupun saya
sudah mengikuti kegiatan-kegiatan yang seharusnya bisa menunjang prestasi
akademik di sekolah, hal tersebut tetap tidak berpengaruh terhadap peringkat
saya. Saya sempat berputus asa, dan tidak tahu harus berbuat apalagi untuk dapat
menjadi anak yang pintar dan membahagiakan orang tua saya. Bahkan sempat suatu
ketika saya jatuh sakit karena terlalu banyak mengikuti kegiatan khususnya
dalam bidang akademik. Tapi ternyata, memang tidak ada yang namanya usaha yang
sia-sia, setelah sekian lama belajar dengan giat, barulah prestasi saya dapat
terlihat. Kira-kira ketika kelas enam SD, saya mulai mampu masuk pada jajaran 5
besar. Begitu pula dengan seterusnya, saya mulai dapat melihat hasil dan
perjuangan saya selama ini. Prestasi akademik saya makin lama juga makin
membaik.
Dengan hasil yang saya raih
tersebut dari dalam diri saya sendiri mulai timbul perasaan semakin ringan
untuk melangkahkan hati guna berjuang lebih giat, dan ingin selalu dapat
membuktikan kepada orang tua saya bahwa saya mampu. Mungkin karena respon
positif, perhatian dan kasih sayang lebih yang saya dapatkan ketika
keberhasilan mampu saya persembahkan kepada kedua orang tua sayalah, yang
mengakibatkan saya selalu semangat untuk menghadapi apapun, rajin untuk belajar
yang bertujuan untuk meraih apa yang saya inginkan dan saya impikan. Selain
itu, sejak saat itu kedua orang tua saya percaya bahwa buah hatinya yang satu
ini merupakan anak yang pintar. Padahal mungkin sebenarnya saya bukanlah anak
yang secerdas mereka kira, tapi saya hanyalah seseorang yang berusaha lebih
keras dari yang lainnya.
Dari situlah awal mula atau
yang bisa saya sebut sebagai titik balik tentang diri saya. Dengan beberapa
proses yang terjadi dalam hidup saya itu, saya mampu mengambil suatu pembelajaran
yang sangat berperan hingga saat ini. Karena ketika saya berhasil mencapai
rangking pertama dan mendapatkan hadiah berupa kasih sayang dan lain sebagainya
yang lebih dari biasanya, maka dengan hal tersebut di dalam diri saya semakin
mengerti apa dan bagaimana pentingnya semangat tersebut.
Poin penting yang bisa saya
ambil dari perjalanan hidup saya yang selalu tentang proses ini, bahwa ternyata
dengan semangat untuk mendapatkan kepintaran, mendapatkan sesuatu yang saya
inginkan maka saya harus berusaha. Sebenarnya pada awalnya merupakan pandangan
yang kurang benar apabila saya belajar untuk medapatkan sebuah hadiah dari
orang tua saya, namun suatu tingkatan yang berupa ‘semangat’ pada diri sayalah
yang perlu di garis bawahi. Ketika itu saya merasa bahwa saya tidak mampu jika
saya tidak belajar, hal tersebut yang selalu memotivasi saya untuk belajar
setiap hari baik untuk mengulang pelajaran yang sudah di ajarkan maupun materi
yang akan di ujikan untuk ulangan harian ataupun segala bentuk ujian lain. Karena
pengalaman tersebut sampai saat ini saya belajar bahwa dengan semangat apapun
bisa dicapai atau diraih, semua kuncinya ada pada kemauan kokoh yang ada di
dalam diri kita, karena segala sesuatu itu semuanya harus by process. Manusia yang tangguh tidak semata-mata akan muncul
dengan sendirinya tanpa adanya suatu proses. Karena pada hakekatnya manusia diberi
suatu kemampuan dan bakat masing-masing oleh Tuhan adalah untuk dicari oleh
masing-masing individu yang kemudian diasah dan dikembangkan untuk mencapai
prestasi yang di inginkan. Tanpa diasah, bakat tersebut akan terbuang percuma,
dan sama saja seperti orang yang tidak memiliki kemampuan sama sekali. Proses
pengasahan itulah yang kita sebut berusaha, dan berusaha dengan semangat tinggi
akan mencapai hasil yang lebih maksimal.
Semangat yang tinggi dari
dalam diri sayalah yang mampu mengantarkan saya pada lomba-lomba baik dari
tingkat wilayah, regional, hingga pernah suatu ketika saya ditunjuk oleh SMP ditempat
saya belajar sebagai wakil dalam lomba yang bersifat nasional, dan di tayangkan
disalah satu Televisi Swasta, bahkan kebetulan saya pernah mengikuti beberapa
kali olimpiade, walaupun tidak sampai menang. Hal tersebutlah yang benar-benar
membuktikan bahwa dengan semangat juang yang tinggi untuk meraih cita-cita dan
dengan proses yang cukup panjang yang dari tidak bisa menuju bisa adalah bukti
tentang harusnya diri saya bersikap untuk kedepannya.
Tidak hanya dalam ruang
lingkup pendidikan saja namun juga di seluruh aspek kehidupan, semangat adalah
salah satu komponen yang terpenting yang harus senantiasa dimiliki oleh setiap
individu. Di dalam diri saya, semangatlah yang saya rasa menonjol dan sangat
berperan dalam segala hal. Karena berawal dari pengalaman dan proses-proses
panjang masa kecil saya yang kemudian dilanjutkan masa-masa SMP dan SMA yang
bisa memberikan prestasi dan dampak yang nyata dan bisa memberikan rasa bangga
orangtua sayalah, yang merupakan prestasi yang sesungguhnya. Untuk kedepannya
saya harus selalu mampu mempertahankan suatu sikap yang penting, yaitu semangat
yang saya miliki di dalam diri, untuk selalu melakukan segala sesuatunya secara
total dan tidak setengah-setengah sebagai sarana untuk mencapai kesuksesan yang
saya inginkan. Dalam hidup yang semakin keras ini, akan jadi apa seorang
manusia tanpa rasa semangat di dalam dirinya.
BY : JOVITA
0 komentar:
Posting Komentar