Pernahkah
kalian merasa begitu benci dengan apa yang kalian hadapi sekarang atau masa
lalu? Seandainya kalian dapat memutar waktu, apakah kalian ingin melakukannya?
Itulah yang pernah aku alami, aku pernah begitu menyesali bahkan mengutuk diri
sendiri atas tindakan yang aku anggap menjerumuskan aku pada situasi yang
begitu pelik. Situasi dimana aku tidak bisa memilih pilihanku sendiri,
keterpaksaan yang menyelimuti hati dan pikiranku saat ini. Aku ingin berbagi
pengalaman yang semula aku anggap sebagai hal terburuk, kini justru berbalik
menjadi sebuah langkah baru perjalanan hidupku yang tak ingin tersia-siakan.
Begitu
banyak hal dalam hidupku yang seringkali tidak aku syukuri. Ya, terkadang apa
yang aku rasakan memang bukan yang aku harapkan. Perasaan kecewa, menyesal dan
emosi bercampur dalam diri ini. Seharusnya aku bersyukur atas segala sesuatu
yang bisa aku rasakan hingga hari ini, tapi hati ini sungguh tertutupi
kekecewaan yang begitu dalam, tak mampu aku uraikan saat itu.
Bermimpilah
selama kamu bisa, kata-kata itu yang membuatku termotivasi. Bermimpi saja
ternyata membuatku lupa, aku merasa mimpi-mimpiku segalanya, dan hanya dengan
terwujudnya mimpi itu hidupku berarti. Inilah kesalahan besar diakhir masa SMA
menuju bangku perkuliahan.
Aku
begitu memimpikan ITB, tapi setiap kali mendengar nama ITB, hati ini begitu
sakit. Sakit yang begitu dalam, aku tak mampu mencapai mimpi itu, bahkan aku
belum sempat mengikuti seleksi masuk ITB. Itulah yang aku rasakan saat ospek di
kampus biru ini. Aku ingin berlari dari tempat ini, tapi semua tak mungkin. Tak
ada kesempatan lagi untuk masuk ITB saat itu.
Siapa
yang harus ku salahkan? Aku hanya mampu menyalahkan keputusan diriku sendiri.
Tapi Ibu, sosok yang paling dekat denganku ingin melihatku menjadi seorang
guru. Aku bingung, aku tak tahu mana yang terbaik untukku. Tak pernah
terbayangkan aku kuliah disini. Ya memang aku tak pernah bermimpi jadi guru dan
aku juga tak tertarik dengan Yogyakarta tanpa alasan yang jelas.
Guru
adalah profesi yang tidak aku sukai dari kecil, guru itu membosankan karena
mereka hanya mengajar di sekolah setiap hari, itulah pemikiranku saat masih
kecil. Aku bukan orang yang suka mengajar, karena itu aku tak ingin jadi guru.
Aku benci profesi guru, aku berjanji bahwa aku tak akan jadi guru.
Berawal
dari coba-coba, ternyata aku diterima. Saat hari pengumuman tiba, aku tak
tertarik melihat hasil ujian masuk, aku pikir tidak diterima karena aku hanya
mengerjakan sebisaku saja. Teman-temanku begitu bersemangat, karena mereka dari
awal ingin kuliah disini. Tak disangka justru aku yang diterima, mereka gagal.
Jujur, aku tak ingin mengambilnya, aku berharap tidak diterima. Mereka
mengucapkan selamat kepadaku, ingin rasanya aku menangis. Aku ingin menutupi
dari orang tua, namun akhirnya aku menceritakan semuanya. Aku menjelaskan bahwa
aku tak mau kuliah bidang kependidikan, tetapi ayah menyarankan agar aku
mengambil kesempatan itu.
Kesempatan
tidak selalu datang untuk kedua kalinya. Setiap orang sudah punya jalan hidup
masing-masing dan mungkin ini jalan hidupku. Jika aku menyia-nyiakannya belum
tentu aku mendapatkan apa yang menurutku lebih baik. Itulah kata-kata ayah yang
membuatku merasa tak punya pilihan lain. Pada akhirnya aku mengambil kesempatan
itu.
Kini
tak terasa, sudah lebih dari 1 semester aku disini. Seiring waktu rasa kecewa
karena tidak bisa masuk ITB mulai memudar. Aku harus bangga dengan almamater
yang aku miliki. Apapun alasannya aku kuliah disini, entah terpaksa atau niat
dari awal, tapi kini aku disini, mau tidak mau aku harus lulus dari sini,
itulah pesan seseorang yang begitu luar biasa. Sampai kapanpun aku menyesali,
aku tetap disini sampai aku bisa lulus. Aku ingin mencintai almamaterku seperti
kecintaanku pada ITB dulu, bahkan harus lebih dari sekedar cinta.
Disini
aku mahasiswa jurusan pendidikan kimia yang nantinya akan menjadi guru, tak
ingin aku memungkirinya lagi. Aku tersadar hari ini, pernah terucap jika aku
tidak bisa masuk teknik kimia ITB, aku akan mengambil jurusan apapun selama itu
masih berkaitan dekat dengan ilmu kimia. Banyak sekali jurusan kuliah yang
masih berkaitan dengan kimia, salah satunya pendidikan kimia.
Alloh
menjawab doa yang tak ku sadari terucap. Inilah yang terbaik untukku, satu
kesempatan yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Malu, sungguh aku malu
pada kesombongan hati dan diri ini. Begitu banyak hal yang bisa aku raih
disini, jika aku mampu berdiri kembali dari kekecewaan yang berlarut. Aku
mendapatkan apa yang aku inginkan seperti apa yang telah aku ucapkan. Aku bisa
menempuh kuliah di tempat yang menciptakan generasi-generasi pendidik bangsa,
kelak aku juga akan menjadi seorang pendidik. Seharusnya aku mampu berkaca pada
orang lain yang ingin menempuh pendidikan tetapi mereka tak bisa menempuhnya.
Aku
punya banyak mimpi besar, tapi aku tak ingin menjadi pemimpi yang terpaku pada
mimpi semata. Aku akan merengkuh mimpi itu dengan suatu keyakinan bahwa aku
bisa, aku bisa berusaha semaksimal mungkin untuk mimpi itu, apapun hasil
akhirnya nanti. Aku tak ingin dikalahkan lagi oleh mimpiku, aku harus
mengendalikan kekuatan mimpiku.
Dalam
sebuah memori, terlintas senyum dan tatapan matanya yang kini hanya bisa ku
ingat, tak mungkin lagu ku lihat. Ketertarikannya pada mata pelajaran kimia
telah membuatku kagum, meski ia belum sempat mencapainya. Motivasinya kini
memotivasi diriku, semangatnya kini menjadi semangat dalam diriku. Semangat
yang tertutupi sikapnya yang lembut.
Dimanapun
langkah berpijak, disitulah aku ingin berkontribusi. Aku sadar, setiap manusia
memiliki keterbatasan, karena ada kelebihan dalam dirinya. Aku ingin menjadi
manusia yang bermanfaat bagi manusia lain dimanapun aku berada. Terukir dalam
benakku kini, aku mencintai dunia pendidikan. Aku tertarik pada ilmu kimia dan
aku menikmati seni musik. Kelak, aku ingin menjadi guru kimia yang bisa
menyentuh hati murid-muridku karena kecintaanku pada bidang itu.
Menyesal
tak akan mampu menyelesaikan masalah justru ia akan menambah masalah. Membebani
pikiran dan membuat diri ini menyia-nyiakan kesempatan berharga dalam hidup.
Bersyukur adalah hal luar biasa, karena itu tanda bahwa ia mampu melihat sisi
lain dalam dirinya. Sisi dimana ia bisa menghargai dirinya sendiri dan bukanlah
ia yang bisa menentukkan mana yang terbaik, karena yang terbaik ada pada-Nya.
Tak
ada yang memungkiri bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Ia mengajarkan
manusia menjadi lebih baik. Tidak semua orang bisa berbuat baik tanpa mengalami
kepahitan dalam hidupnya. Benar juga apa yang dikatakan Kahlil Gibran, semua
harus diawali cinta. bahkan ilmu pengetahuan harus diiringi dengan cinta. Maka
cintailah potensi dirimu, bersahabatlah dengannya. Karena ia akan
mengantarkanmu mencapai puncak kesuksesan. Kegagalan merupakan warna dalam
hidup, tidak ada orang yang sukses dalam sesaat. Ilmuwan juga harus melalui
berbagai macam kegagalan hingga pada akhirnya mereka mampu meraih kesuksesan.
Tidak ada manusia bodoh di dunia ini, yang ada hanyalah orang yang mau
mengambil kesempatan berharga dalam hidupnya atau mengabaikannya.
Jadi
apapun kita nanti, selama kita mencintai bidang yang kita tekuni, tentu kita
mampu memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang mencintai kita. Kesuksesan
tidak hanya milik mereka yang menghasilkan banyak materi tapi kesuksesan milik
mereka yang bisa menyalurkan ilmu yang dimiliki.
Pendidik
tidak hanya mengajarkan ilmu semata tapi mereka mampu membentuk kepribadian
seseorang. Pendidik tidak mengajarkan anak didiknya untuk mendapatkan nilai
tinggi semata, tetapi memberikan nilai-nilai moral. Aku ingin menjadi pendidik
yang bisa menyalurkan ilmu dengan hati, sehingga ilmu yang aku salurkan bisa
selalu bermanfaat. Aku tidak ingin menjadi pendidik yang cerdas semata, tapi
aku ingin anak didikku nantinya lebih cerdas dan mampu berkontribusi dalam
berbagai hal.
BY: LAELA
0 komentar:
Posting Komentar