Saya
memilih karakter semangat untuk mendeskripsikan diri saya. Banyak karakter yang
merespresentasikan diri seseorang, tetapi menurut saya karakter semangat yang
paling dominan dalam diri saya. Saya memiliki kehidupan normal dari anak-anak
hingga remaja. Saya memiliki kedua orang tua yang selalu mendukung saya.
Keluarga besar saya pun juga selalu membantu dan memberikan semangat kepada
saya. Orang tua adalah penyemangat nomer satu dalam hidup saya. Sehingga, saya
berjanji pada diri saya untuk tidak mengecewakan kedua orang tua saya. Dari TK
hingga sekolah menengah pertama, saya memiliki kehidupan yang normal. Saya
bukan orang yang pintar atau dalam artian saya tidak terlalu menonjol. Setelah
Sekolah Menengah Pertama saya masuk di SMA Negeri 2 Klaten. Sekolah saya bukan
sekolah yang paling baik di Klaten, tapi setidaknya sekolah saya terbaik kedua.
Saya berpisah dengan teman-teman saya karena mereka masuk di SMA Negeri 1
Klaten. Walaupun saya merasa sedih harus berpisah dengan teman-teman, tetapi
saya masih tetap semangat walaupun tidak bersama teman-teman SMP saya.
Saya
tetap bersemangat walaupun harus beradaptasi di lingkungan dan dengan
teman-teman yang baru. Hal ini menjadi pengalaman baru bagi saya. Setelah lulus
dari Sekolah Menengah Atas, saya ingin melanjutkan pendidikan di jenjang
universitas. Universitas negri adalah prioritas pilihan saya. Saya masih
bingung dengan pilihan jurusan yang ingin saya pilih. Jurusan haruslah
merepresentasikan minat dan bakat seseorang, akan tetapi saya masih bingung
mengenai minat dan bakat yang merepresentasika Ayah saya ingin saya menjadi
dokter tetapi ibu saya ingin saya masuk ke perguruan tinggi ikatan dinas. Hal
ini membuat saya bingung harus memilih yang mana, karena pada dasarnya saya
tidak tahu ingin menjadi apa. Akan tetapi, saya tidak ingin mengecewakan orang
tua saya. Sehingga, saya menuruti nasihat dari kedua orang tua saya karena saya
percaya bahwa pilihan yang mereka pilihkan bagi saya merupakan pilihan yang
baik untuk saya.
Saya
mengikuti banyak ujian masuk perguruan tinggi negeri dari mulai UGM hingga
UNDIP. Tetapi tidak ada satupun yang diterima. Saya merasa putus asa dan
kecewa. Saya merasa takut apabila saya tidak masuk ke perguruan tinggi negeri.
Walaupun ada pilihan lain universitas swasta. Akan tetapi, apabila saya masuk
perguruan tinggi swasta, saya merasa kasihan pada orang tua saya karena biaya
di perguruan tinggi swasta mahal. Saya tidak memiliki kepercayaan diri untuk
mengikuti ujian masuk universitas lagi. Hal ini menunjukan bahwa saya seseorang
yang gampang menyerah. Tetapi saya mendapat banyak dukungan dan doa dari orang
tua dan keluarga, terutama ibu saya. Saya tidak ingin mengecewakan kedua orang
tua saya lagi. Hal tersebut adalah alasan saya untuk bangkit dari
ketidakpecayaan diri dan keputusasaan. Saya merasa saya harus memulai dari awal
lagi dengan semangat yang baru dan lebih baik lagi. Saya mulai belajar lagi dan
berdoa lebih giat lagi. Saya mengikuti ujian masuk UNY dan mengambil jurusan
dengan pilihan saya sendiri. Akhirnya, dengan modal semangat yang saya punya
akhirnya saya diterima di UNY di jurusan pendidikan kimia kelas internasional.
Setelah diterima di UNY, saya mencoba lagi di ujian masuk perguruan tinggi
kedinasan.
Untuk
menyenangkan ibu saya pada waktu itu, saya mencoba Sekolah Tinggi Ilmu
Statistik. Sekolah Tinggi Ilmu Statistik merupakan sekolah kedinasan yang
bergerak di bidang statistik di bawah Badan Pusat Statistik yang berlokasi di
Jakarta. Pada waktu itu sekitar 18.000 lulusan SMA mengikuti ujian ini. Ujian
STIS di bagi menjadi 3 tahap yaitu tahap akademik, wawancara dan tes kesehatan.
Pada tahap pertama saya lolos. hal ini membuat ibu saya bahagia, saya juga
bahagia tetapi saya masih merasa ada sesuatu yang salah. Bukan karena kesalahan
penilaian karena saya lolos tahap pertama. Tetapi karena saya merasa tidak
ingin masuk ke sana. Pada tahap kedua yaitu tahap psikotes dan wawancara saya
gagal. Saya sangat sedih tetapi juga
bersyukur karena saya percaya bahwa Tuhan telah memberikan takdir yang
tepat. Setelah gagal di tes STIS saya juga gagal di tes STAN. Semua kegagalan
saya sudah cukup membuat saya merasa sedih dan putus asa. Tetapi tidak
selamanya saya sedih dan putus asa, saya masih harus menatap masa depan dengan
semangat. Dengan modal semangat yang baru saya dapat menjalani kehidupan di UNY
dengan baik dan berjuang demi masa depan yang lebih baik bagi saya dan keluarga
saya. Dengan semua pengalaman yang saya miliki saya tetap bersyukur kepada
Tuhan dan selalu bersemangat dalam menjalani segala aktivitas yang ringan
maupun berat
Pada
akhirnya saya menyadari bahwa semua yang diberikan oleh Tuhan baik kegagalan
maupun kesukesan merupakan keputusana yang terbaik. Saya percaya bahwa Tuhan
selalu menyayangi umat-Nya. Sehingga, setiap hal yang terjadi pada saya, saya
selalu percaya bahawa Tuhan memberikan suatu keputusan yang terbaik bagi saya.
Walaupun kadang menyakitkan akan tetapi pasti suatu saat saya akan merasakan
hikmah dari kegagalan yang diberikan oleh Tuhan. Dengan pemikiran ini, saya
merasa harus bangkit dari keputusasaan dengan semangat yang baru karena saya
yakin Tuhan sudah menuliskan takdir yang terbaik bagi saya. Bersyukur merupakan
suatu hal yang sangat menentramkan jiwa, dengan bersyukur saya dapat merasa
cukup. Sehingga, saat menjalani aktivitas sehari-hari saya selalu merasa
bahagia walaupun aktivitas yang saya jalani berat.
Pengalaman
hidup merupakan sesuatu yang berharga bagi saya. Walaupun pada pertama kalinya
merasa gagal, putus asa, dan sedih tetapi apabila kita sebagai manusia dapat
bersyukur atas apa yang diberikan oleh Tuhan maka semua kesedihan, kegagalan,
dan keputus asaan dapat berubah menjadi berkah yang luar biasa. Bagi saya
pribadi, tanpa kegagalan maka kita tidak akan pernah bersyukur pada Tuhan atas
segala hal yang diberikan-Nya. Semangat
merupakan suatu karakter hidup yang sangat berharga bagi saya. Tetapi semangat
yang timbul dari diri saya berasal dari motivasi keluarga. Saya selalu merasa
bersyukur pada Tuhan karena Tuhan memberikan keluarga yang sangat berarti bagi
saya. Keluarga merupakan penyemangat nomor satu dalam hidup saya. Dengan
motivasi ingin membahagiakan keluarga saya merasa semangat dalam hidup saya
dapat bangkit. Apabila saya sukses di masa depan saya ingin membahagiakan
keluarga saya untuk menggantikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga untuk
keluarga saya. Karena pentingnya keluarga bagi saya, saya ingin juga berbagi
bagi anak-anak yang kurang beruntung seperti anak yatim piatu yang dibuang oleh
orang tuanya. Saya ingin membentuk keluarga dengan mereka. Saya ingin berbagi
kasih sayang dan menularkan semangat disaat mereka merasakan kegagalan sama
seperti apa yang dilakukan keluarga saya. Sehingga, mereka akan selalu
bersemangat dalam menjalani kehidupan dan bersyukur pada Tuhan atas semua yang
diberikan oleh-Nya.
BY: RUSTIKA
0 komentar:
Posting Komentar