“spring of life” part II

Key merupakan sosok yang baik dan mudah bergaul. Ia juga merupakan teman dekat dari pria pertama dari cerita diatas. Kabar pertama yang aku dengar, key menyukai aku tanpa aku tahu sebabnya. Ku kira hal itu adalah candaan. Aku menerima kalimat itu hanya dengan senyuman. Semakin lama candaan itu semakin sering terdengar. Kata-kata anak remaja layak “cie” pun mulai hadir disetiap kali aku berjalan menemui dia.
Hanya dengan kalimat “kamu” saja sudah membuat seisi kelas bersuara. Aku semakin tidak mengerti. Aku hanya menahan tawa sambil tersenyum kecil. Yang kutahu, tawa kecilku itu hanya sekedar candaan dari teman-teman. Tapi mereka berfikir bahwa aku membalas senyuman darinya. Bahkan banyak mengira bahwa aku juga menyukainya. Ini membuatku semakin merasa ada yang salah. Entah apa yang mereka pikirkan itu dapat darimana? Aku merasa seperti sudah difitnah atau bisa dibilang sudah dikatakan yang tidak sebenernya.
Shi yang merupakan teman dekatku pun ikut mengatakan “kayanya dia benar suka deh sama kamu el”. Tapi aku tidak mempercayai setiap pertanyaan-pertanyaan dari dia. Aku hanya tidak mau berGR-ria hanya karena ucapan-ucapan mereka yang tidak tahu kebenarannya. Aku merasa aku tidak menyukainya. Semua teman yang ingin mengatakan hal itu kembali merasa surut setelah melihat wajahku yang bisa dibilang badmood. Hal ini juga membuat hubungan aku dan key tidak pernah berbincang lagi untung beberapa minggu.
Waktu demi waktu pun berjalan. Ujian praktek, ujian sekolah pun sudah kami jalankan. Tanda-tanda itu semakin dekat dengan adanya perkataan azzi yang mengatakan bahwa key seringkali melihatku dikelas. Tidak, aku tahu azzi hanya berekayasa. Dia berkata seperti itu mungkin agar aku merasa seperti flyer dadakan. Tapi bagaimana dengan berkasku yang ditinggalkan ichida dimejaku?
Ujian nasional pun semakin dekat. Malangnya penyakit tifus menyerangku tiba-tiba. Mungkin ini dikarenakan aku yang sering kelelahan dengan semua kegiatan yang padat. Berlatih dance juga membutuhkan banyak tenaga. Mungkin itu juga membuat kekebalan tubuhku rendah. Entah apa juga yang membuatku kehilangan beberapa trombosit. Ini semakin membuatku kacau dengan adanya penyakit DBD yang juga menyerang bersamaan.
Aku yang sangat takut dengan suntikan sampai 3x para suster menyuntik tangan untuk periksa darah. Kenapa? Karena satu saja gerakan, darah nadi kamu tidak akan terambil. Ini semakin membuatku takut dengan jarum suntik. Ditambah lagi aku yang harus berteriak saat jarum infuse yang tidak berhasil dimasukkan ke tangan kananku. Akhirnya infuse itu pun harus dipindah ke tangan kiriku. Aku menatap wajah kedua orangtuaku dan berkata “aku ingin pulang, pa! ga mau disini!!” ayahku hanya tersenyum menahan air mata karena melihat aku yang kesakitan.
Tak ada seorang pun yang menemaniku dirumah sakit saat perawatan. Ayahku selalu sibuk, beliau hanya menyempatkan diri kerumah sakit setiap pagi dan sepulang kerja. Ibuku harus menemani adik aku yang juga sedang demam dirumah. Ia hanya kerumah sakit setelah ayahku berangkat kerja. Andai saja ada seseorang yang mau untuk menemaniku disini?
Semalaman aku merasa kepalaku sangat berat. Aku meminta mama untuk menemaniku seharian. Aku mengambil hapeku yang tergeletak di meja. Terdapat sebuah pesan masuk dari key yang belum aku baca. Kulihat jam, key mengirimkan pesan itu saat siang sepulang sekolah. Dan aku baru membalasnya hampir memasuki tengah malam.
Entah apa yang membuatku senang. Padahal hanya sebatas kata “kamu dirawat? L” dengan emot yang menandakan wajah khawatir. Jantungku terasa berdegup kencang. Disitu aku merasa bahwa kepalaku tidak terasa berat kembali. Cepat-cepat aku membalas pesan darinya. Aku merasa sangat amat bahagia melihat dia yang kembali menanyakan keadaanku.
Keesokannya sebelum masuk ruangan tempat ujian nasional diadakan, shi sempat memberitahu key bahwa hari ini aku sudah masuk. Shi juga menceritakan bahwa key tersenyum saat mendengar hal itu. Aku juga merasa bingung dengan semua kejadian ini.
Aku dan key juga kembali akrab saat tour terakhirku ke Jogja. Semua kembali seperti semula. Kami sudah banyak bercanda kembali. Tapi ada satu hal yaitu ketika key yang tidak sengaja bersandar pada kepala irayshiku sewaktu perjalanan pulang di bus yang kami tumpangi. Perasaan sesak yang tiba-tiba hadir membuat jantungku berdetak lebih kencang. Entah perasaan apa. Yang jelas ini sama halnya dengan kata “cemburu”. Aku mengejapkan mata dan mencoba menyadarkan diri. Hey! Jangan katakan bahwa kamu menyukai key… kamu hanya sebatas teman.. bukan hal yang lain. Kataku dalam hati.
Ini berasa seperti tidak masuk akal. Aku mencoba untuk melupakan hal-hal yang berkaitan dengan dia. Tapi aku masih tidak bisa melepas pandangan dari dia sampai akhirnya pensi dimulai. Disitu adalah hari terakhirku bertemu dengan semua sahabatku. Termasuk dia…. Aku pun berkata dalam hati el, jika kamu benar memulai rasa kepada key, kumohon berhentilah.. suatu saat nanti pasti dia akan menemukan wanita pilihannya….

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Blog Ini

Blog sederhana yang berisi kisah yang semoga bisa menginspirasi dan memberi manfaat bagi kita semua. Sebagian besar cerita yang telah saya posting merupakan kisah nyata yang sebenarnya juga telah di buat buku.

Bagi para pengunjung, jangan lupa untuk memberi komentar maupun tanggapan dari kisah yang ada di blog ini. Oh ya, pengunjung juga dapat mengirimkan cerita melalui email saya yang dapat diakses di tombol "Kirim Ceritamu di Sini", agar beban maupun kegalauan bisa berkurang. hehe

Terimakasih