Key merupakan sosok yang baik dan
mudah bergaul. Ia juga merupakan teman dekat dari pria pertama dari cerita
diatas. Kabar pertama yang aku dengar, key menyukai aku tanpa aku tahu
sebabnya. Ku kira hal itu adalah candaan. Aku menerima kalimat itu hanya dengan
senyuman. Semakin lama candaan itu semakin sering terdengar. Kata-kata anak
remaja layak “cie” pun mulai hadir disetiap kali aku berjalan menemui dia.
Hanya dengan kalimat “kamu” saja
sudah membuat seisi kelas bersuara. Aku semakin tidak mengerti. Aku hanya
menahan tawa sambil tersenyum kecil. Yang kutahu, tawa kecilku itu hanya
sekedar candaan dari teman-teman. Tapi mereka berfikir bahwa aku membalas
senyuman darinya. Bahkan banyak mengira bahwa aku juga menyukainya. Ini
membuatku semakin merasa ada yang salah. Entah apa yang mereka pikirkan itu
dapat darimana? Aku merasa seperti sudah difitnah atau bisa dibilang sudah
dikatakan yang tidak sebenernya.
Shi yang merupakan teman dekatku
pun ikut mengatakan “kayanya dia benar suka deh sama kamu el”. Tapi aku tidak
mempercayai setiap pertanyaan-pertanyaan dari dia. Aku hanya tidak mau
berGR-ria hanya karena ucapan-ucapan mereka yang tidak tahu kebenarannya. Aku
merasa aku tidak menyukainya. Semua teman yang ingin mengatakan hal itu kembali
merasa surut setelah melihat wajahku yang bisa dibilang badmood. Hal ini juga membuat hubungan aku dan key tidak pernah
berbincang lagi untung beberapa minggu.
Waktu demi waktu pun berjalan.
Ujian praktek, ujian sekolah pun sudah kami jalankan. Tanda-tanda itu semakin
dekat dengan adanya perkataan azzi yang mengatakan bahwa key seringkali
melihatku dikelas. Tidak, aku tahu azzi hanya berekayasa. Dia berkata seperti
itu mungkin agar aku merasa seperti flyer
dadakan. Tapi bagaimana dengan berkasku yang ditinggalkan ichida dimejaku?
Ujian nasional pun semakin dekat.
Malangnya penyakit tifus menyerangku tiba-tiba. Mungkin ini dikarenakan aku
yang sering kelelahan dengan semua kegiatan yang padat. Berlatih dance juga membutuhkan banyak tenaga.
Mungkin itu juga membuat kekebalan tubuhku rendah. Entah apa juga yang membuatku
kehilangan beberapa trombosit. Ini semakin membuatku kacau dengan adanya
penyakit DBD yang juga menyerang bersamaan.
Aku yang sangat takut dengan
suntikan sampai 3x para suster menyuntik tangan untuk periksa darah. Kenapa?
Karena satu saja gerakan, darah nadi kamu tidak akan terambil. Ini semakin
membuatku takut dengan jarum suntik. Ditambah lagi aku yang harus berteriak
saat jarum infuse yang tidak berhasil dimasukkan ke tangan kananku. Akhirnya
infuse itu pun harus dipindah ke tangan kiriku. Aku menatap wajah kedua
orangtuaku dan berkata “aku ingin pulang, pa! ga mau disini!!” ayahku hanya
tersenyum menahan air mata karena melihat aku yang kesakitan.
Tak ada seorang pun yang menemaniku
dirumah sakit saat perawatan. Ayahku selalu sibuk, beliau hanya menyempatkan
diri kerumah sakit setiap pagi dan sepulang kerja. Ibuku harus menemani adik
aku yang juga sedang demam dirumah. Ia hanya kerumah sakit setelah ayahku
berangkat kerja. Andai saja ada seseorang
yang mau untuk menemaniku disini?
Semalaman aku merasa kepalaku
sangat berat. Aku meminta mama untuk menemaniku seharian. Aku mengambil hapeku
yang tergeletak di meja. Terdapat sebuah pesan masuk dari key yang belum aku
baca. Kulihat jam, key mengirimkan pesan itu saat siang sepulang sekolah. Dan
aku baru membalasnya hampir memasuki tengah malam.
Entah apa yang membuatku senang.
Padahal hanya sebatas kata “kamu dirawat? L”
dengan emot yang menandakan wajah khawatir. Jantungku terasa berdegup kencang.
Disitu aku merasa bahwa kepalaku tidak terasa berat kembali. Cepat-cepat aku
membalas pesan darinya. Aku merasa sangat amat bahagia melihat dia yang kembali
menanyakan keadaanku.
Keesokannya sebelum masuk ruangan
tempat ujian nasional diadakan, shi sempat memberitahu key bahwa hari ini aku
sudah masuk. Shi juga menceritakan bahwa key tersenyum saat mendengar hal itu.
Aku juga merasa bingung dengan semua kejadian ini.
Aku dan key juga kembali akrab saat
tour terakhirku ke Jogja. Semua kembali seperti semula. Kami sudah banyak
bercanda kembali. Tapi ada satu hal yaitu ketika key yang tidak sengaja
bersandar pada kepala irayshiku sewaktu perjalanan pulang di bus yang kami
tumpangi. Perasaan sesak yang tiba-tiba hadir membuat jantungku berdetak lebih
kencang. Entah perasaan apa. Yang jelas ini sama halnya dengan kata “cemburu”.
Aku mengejapkan mata dan mencoba menyadarkan diri. Hey! Jangan katakan bahwa kamu menyukai key… kamu hanya sebatas teman..
bukan hal yang lain. Kataku dalam hati.
Ini berasa seperti tidak masuk
akal. Aku mencoba untuk melupakan hal-hal yang berkaitan dengan dia. Tapi aku
masih tidak bisa melepas pandangan dari dia sampai akhirnya pensi dimulai.
Disitu adalah hari terakhirku bertemu dengan semua sahabatku. Termasuk dia….
Aku pun berkata dalam hati el, jika kamu
benar memulai rasa kepada key, kumohon berhentilah.. suatu saat nanti pasti dia
akan menemukan wanita pilihannya….
0 komentar:
Posting Komentar